Silsilah & Biografi Singkat Syekh Siti Jenar dan hubungan beliau dengan Syekh Datuk Kahfi, pangeran Panjunan, dan Pangeran Santri Sumedang.
Oleh : Sofia Abdullah
Syekh Siti Jenar adalah seorang tokoh dan ulama yang sangat berpengaruh dan dihormati pada masanya bahkan hingga saat ini. Sayangnya Kisah Syekh Siti Jenar menjadi simpang siur dan banyak ketidak jelasan karena banyak kisah-kisah tidak masuk akal yang tidak bisa dibuktikan oleh ilmu sejarah.
Kenapa bisa demikian?
Hal ini terkait dengan sumber-sumber sejarah yang mengisahkan tentang Syekh Siti Jenar. Sumber-sumber ini umumnya dibuat ratusan tahun setelah masa Syekh Siti Jenar hidup, dan memiliki banyak kepentingan. Umumnya sumber-sumber ini bergantung pada sumber-terdahulu hanya diberi sedikit tambahan keterangan.
Diantara sekian banyak sumber yang telah kami telusuri sejak tahun 2010, terdapat 3 buku yang menjadi rujukan hampir di setiap buku yang mengisahkan Syekh Siti Jenar, yaitu : Serat Siti Jenar yang ditulis oleh Raden Panji Natarata tahun 1917, sumber utama buku ini adalah Babad Tanah Jawi, dan Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara. Sayangnya ketiga buku ini adalah buku-buku salinan yang disalin pada era kolonial, yang didalamnya terdapat banyak penambahan dan pengurangan baik yang disesuaikan dengan kaidah penulisan sastra Jawa ataupun disalin kembali dalam bentuk prosa untuk memudahkan kepentingan penguasa kolonial saat itu.
Silsilah & Biografi Singkat Syekh Siti Jenar
Syekh Siti Jenar adalah putra seorang bangsawan dan ulama asal Malaka, bernama Syekh Datuk Saleh bin Syekh Isa Alawi. Ayah beliau menjabat kedudukan penting di Malaka hingga jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511. Keluarga Syekh Siti Jenar kemudian hijrah ke Caruban Nagari. Di negeri inilah Syekh siti jenar dilahirkan. Caruban pada saat itu masih menjadi Pakuwuan Caruban atau Caruban Larang setingkat kecamatan saat ini. Kota tempat kelahiran Syekh Siti Jenar sekarang lebih di kenal sebagai Astana Japura, sebelah tenggara Cirebon.
Seperti umumnya kaum bangsawan saat itu, Syekh Siti Jenar memiliki 3 nama; nama kecil atau nama lahir, nama julukan dan nama gelar jabatan. Ketiga nama ini umum digunakan oleh para tokoh pemimpin atau ulama pada masa itu. Syekh Siti Jenar lahir dengan nama Hasan Ali Anshar, setelah dewasa dan menjadi ulama beliau dikenal sebagai Syekh Abdul Jalil. Gelar Syekh Siti Jenar cukup banyak, gelar beliau yang paling dikenal adalah Syekh Siti Jenar, Sunan Kajenar dan Syekh Lemah Abang. Gelarnya ini menunjukkan lokasi tempat beliau pernah mengajar dan membuka pesantren selama hidupnya.
Berikut silsilah lengkap Syekh SitiJenar
- Syekh Siti Jenar/Syekh Abdul Jalil/Hasan Ali Anshar bin
- Syekh Datuk Saleh bin
- Syekh Isa Alawi atau Datuk Isa bin
- Ahmad Syah Jamaludin Husein aķbar, petinggi di Gujarat India bin
- Sayyid Ahmad Syah Jalal aka Ahmad Jalaluddin al Khan bin
- Syekh Abdullah Khanuddin/Azhamatkhan bin
- Sayid Amir Abdul Malik al Qazam/al Muhajir Azhmatkhan (Nasrabad) bin
- Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadramaut, Yaman, makam: Oman) bin
- Muhammad Shahib Mirbath (lahir di Hadramaut, Yaman, wafat di Oman) bin
- Sayyid Ali Khalli Qasim bin
- Sayyid Alawi Ats Tsani bin
- Sayyid Muhammad Shohibush Saumi’ah bin
- Sayyid Alawi Awwal bin
- Sayyid al Imam Ubaidillah bin
- Sayyid Ahmad al Muhajjir bin
- Sayyid Isa an Naqib ar Rummi (Basrah, Iraq) bin
- Sayyid Muhammad an Naqib bin
- Sayyid al Imam Ali Uraidhi bin
- Sayyidina al Imam Ja’far Shadiq (Madinah) bin
- Sayyidina al Imam Muhammad al Baqir bin
- Sayyidina al Imam Ali Zainal Abidin bin
- Sayyidina al Imam Husein as Syahid bin
- Sayyidina al Imam Ali bin Abi Thalib wa Fatimah Zahra binti
- Muhammad Rasulullah saw
Masa muda Syekh Siti Jenar digunakan untuk menuntut ilmu dari satu guru ke guru yang lain, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Guru pertama Syekh Siti Jenar (SSJ) adalah ayahnya. Selama dalam pendidikan ayahnya, SSJ sudah mampu menghafal Al Qur’an pada usia 12 tahun. Pada usia remaja hingga dewasa SSJ belajar pada beberapa ulama di Persia, Gujarat, dan Malaka. Kembali ke Tanah air beliau menjadi ulama yang dihormati, mendirikan banyak pesantren dan memiliki banyak murid dari mulai ujung Jawa Barat hingga Jawa Timur. Diantara muridnya yang terkenal adalah Ki Ageng Pengging dan putranya Hadiwijaya yang lebih dikenal dengan Joko Tingkir, yang kemudian menjadi pemimpin tertinggi kasunanan di Jawa yang beribukota di Pajang.
Syekh Siti Jenar hidup pada akhir abad ke-16. Berdasarkan penelitian M.C Riclefs dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern, pada akhir abad 16 ini di Jawa terjadi pergolakan politik dan kekuasaan. Pergolakan politik ini terjadi antara sistem pemerintahan lama yaitu sistem pemerintahan Dewan Wali atau Kasunanan dengan sistem pemerintahan Kesultanan (kerajaan) yang bekerjasama dengan Kerajaan Turki Utsmani.
Sistem pemerintahan Lama dalam karya sastra sering disebut dengan Mataram Kuno dengan struktur pemerintahan dewan wali, yang menempatkan posisi para wali atau pandita atau pemuka agama diatas pemimpin negara. Struktur pemerintahan dewan wali ini dalam karya sastra dikenal dengan sebutan Walisongo.
Pada akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17, Mataram dan wilayah-wilayah lain yang memberontak, ingin mengganti sistem pemerintahan Dewan Wali yang pada saat itu beribukota di Pajang dengan sistem kesultanan, dan menempatkan posisi dewan wali di bawah sultan yang berkuasa. Dalam kisah-kisah babad pergolakan politik ini dimulai dengan pecahnya pemberontakan Panembahan Senopati dan sekutu-sekutunya untuk mengkudeta Pajang dan wilayah sekitarnya yang tidak mau mengakui kekuasaan Mataram Baru yang menyebut kelompok mereka sebagai Mataram Islam, padahal yang mereka kudeta adalah wilayah-wilayah yang penguasa dan penduduknya mayoritas muslim.
Singkat kisah, perebutan tahta Jawa diambil alih oleh sistem kesultanan (Mataram Islam/Mataram Baru). Sistem pemerintahan dewan wali dibubarkan dan pada masa ini banyak ulama-ulama yang dibantai dan dibunuh karena dicurigai mendukung pemerintahan lama. Syekh Siti Jenar adalah salah satu diantara sekian banyak ulama yang dibunuh pada masa pergolakan ini, karena beliau adalah tokoh ulama yang berpengaruh dan memiliki banyak tokoh-tokoh yang menjadi murid beliau. Murid beliau yang paling berpengaruh adalah Ki Ageng Pengging dan putranya Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan Joko Tingkir, pemimpin tertinggi pemerintahan Lama yang tewas pada masa pergantian kekuasaan dari Mataram Lama ke Mataram Baru.
Syekh siti Jenar (SSJ) bukan dihukum mati oleh Dewan Wali tapi oleh Kesultanan Mataram Baru. Kenapa bukan dengan dewan Wali/Walisongo? karena pada saat Syekh Siti Jenar dihukum mati Dewan Wali sudah resmi dibubarkan. Syekh Siti Jenar dihukum mati di alun-alun di depan Masjid Sang Cipta Rasa, Cirebon, dengan tuduhan melawan pemerintahan baru dan mengajarkan ajaran sesat hanya karena Syekh Siti Jenar bermazhab Syi’ah Imamiyah/Syiah Muntadzar dan berbeda dengan mazhab resmi kesultanan (Mataram Islam) saat itu yang berorientasi ke kesultanan Turki Utsmani, yaitu Mazhab Hanafi dan Syafii.
SSJ dimakamkan oleh murid-muridnya di desa Kemlaten. Dalam Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara dikisahkan tentang makam SSJ yang dipindahkan dari Kemlaten ke Bukit Amparan Jati secara sembunyi-sembunyi agar makam SSJ tidak diketahui oleh para peziarah dari kalangan murid-murid SSJ yang terus berdatangan dari seluruh Jawa dan ditakutkan akan terjadi pengultusan dan perlawanan balik dari para murid SSJ kepada kesultanan Mataram Islam yang baru berdiri.
Terdapat beberapa makam yang diyakini sebagai makam Syekh Siti Jenar, desa Kemlaten dan Gunung Jati di Cirebon, Pekalongan, Mantingan-Jepara, Tuban, dan beberapa kota lainnya yang tersebar di pulau Jawa. Dari semua makam yang diyakini sebagai makam Sykeh Siti Jenar, yang paling mendekati kisah asli beliau adalah makam beliau di bukit Ampatan Jati, berdekatan dengan makam sepupu beliau Syekh Datuk Kahfi, walaupun tidak diketahui lokasi tepatnya.
Banyaknya makam dan gelar yang diyakini sebagai Syekh Siti Jenar ini dikarenakan banyaknya pondok pesantren yang beliau buka sepanjang pulau Jawa. Ketika beliau meninggalkan pesantren yang didirikan untuk melakukan syi’ar Islam ke daerah-daerah lain, pesantren tersebut beliau serahkan ke murid kepercayaan beliau sebagai pengurus dan pimpinan pesantren. Berjalannya waktu Murid tersebut kemudian dikenal dengan gelar yang sebelumnya disematkan kepada Syekh Siti Jenar.
*Silsilah Syekh Siti Jenar, Syekh Datuk Kahfi, pangeran Panjunan, Pangeran Santri*
1. Nabi Muhammad SAW, berputeri
2. Sayidah Fatimah az-Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib, berputera
3. Husain r.a, berputera
4. Ali Zainal Abidin, berputera
5. Muhammad al-Baqir, berputera
6. Imam Ja’far ash-Shadiq, berputera
7. Ali al-Uraidhi, berputera
8. Muhammad al-Naqib, berputera
9. Isa al-Rumi, berputera
10. Ahmad al-Muhajir, berputera
11. Ubaidillah, berputera
12. Alawi, berputera
13. Muhammad, berputera
14. Alawi, berputera
15. Ali Khali’ Qosam, berputera
16. Muhammad Shahib Mirbath, berputera
17. Sayid Alwi, berputera
18. Sayid Abdul Malik, berputera
19. Sayid Amir Abdullah Khan (Azamat Khan), berputera
20. Ahmad Syah Jalaludin (rodovid, sulaiman al baghdadi)
21. Sayid Abdul Kadir, berputera
22. Maulana Isa, berputera
23. (1)Datuk Soleh, (2)Datuk Ahmad
24. (1) Datuk Sholeh berputra: Syekh Siti Jenar,
(2) Datuk Ahmad b’putra : Syekh Datuk Kahfi (Syekh Nurjati).
Syekh Datuk Kahfi, Berputra :
25. Pangeran Panjunan / Syekh Maulana Abdurahman, berputra :
26. Pangeran Pamelekaran / Pangeran Muhammad
27. Pangeran Santri / Pangeran Koesoemadinata I/Maulana Salih/Ki Gedeng Sumedang
*Hubungan keluarga dengan Syekh Nurjati*
Maulana Isa, Kakek dari Syekh Siti Jenar, adalah seorang tokoh agama yang berpengaruh pada zamannya, demikian pula putra beliau Syekh Datuk Ahmad dan Syekh Abdul Soleh (ayah dari Syekh Siti Jenar). Syekh Datuk Ahmad, kakak dari ayah Syekh Siti Jenar, memiliki putra Syekh Datuk Kahfi yang selanjutnya dikenal pula dengan nama Syekh Nurjati. Dari silsilah keluarga ini dapat diketahui bahwa Syekh Siti Jenar adalah saudara sepupu dari Syekh Datuk Kahfi.
Catatan : Tulisan ini terkait dengan tulisan kami yang telah kami unggah sebelumnya yang berjudul : Memahami Ajaran Manunggaling Kawula Gusti; 5 Februari 2019; https://sofiaabdullah.wordpress.com/2019/02/05/memahami-ajaran-manunggaling-kawula-gusti/
Sumber:
1. Sunyoto, Agus, Atlas Walisongo
2. Ricklefs, M.C, Sejarah Indonesia Modern
3. Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara
4. Carita Purwaka Caruban Nagari
5. Sholikhin, Muhammad, K.H Ternyata Syekh Siti Jenar Tidak dieksekusi Walisongo
6. Arnold, T.W, The Preaching of Islam
7. Al Hadad, Habib Alwi bin Thahir, Masuknya Islam ke Timur Jauh
8. Babad Tanah Jawi
9. Dan sumber-sumber lain yang terkait
****