Silsilah & Biografi Singkat Syekh Siti Jenar

Silsilah & Biografi Singkat Syekh Siti Jenar dan hubungan beliau dengan Syekh Datuk Kahfi, pangeran Panjunan, dan Pangeran Santri Sumedang.

Oleh : Sofia Abdullah

Syekh Siti Jenar adalah seorang tokoh dan ulama yang sangat berpengaruh dan dihormati pada masanya bahkan hingga saat ini. Sayangnya Kisah Syekh Siti Jenar menjadi simpang siur dan banyak ketidak jelasan karena banyak kisah-kisah tidak masuk akal yang tidak bisa dibuktikan oleh ilmu sejarah.

Kenapa bisa demikian?

Hal ini terkait dengan sumber-sumber sejarah yang mengisahkan tentang Syekh Siti Jenar. Sumber-sumber ini umumnya dibuat ratusan tahun setelah masa Syekh Siti Jenar hidup, dan memiliki banyak kepentingan. Umumnya sumber-sumber ini bergantung pada sumber-terdahulu hanya diberi sedikit tambahan keterangan.

Diantara sekian banyak sumber yang telah kami telusuri sejak tahun 2010, terdapat 3 buku yang menjadi rujukan hampir di setiap buku yang mengisahkan Syekh Siti Jenar, yaitu : Serat Siti Jenar yang ditulis oleh Raden Panji Natarata tahun 1917, sumber utama buku ini adalah Babad Tanah Jawi, dan Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara. Sayangnya ketiga buku ini adalah buku-buku salinan yang disalin pada era kolonial, yang didalamnya terdapat banyak penambahan dan pengurangan baik yang disesuaikan dengan kaidah penulisan sastra Jawa ataupun disalin kembali dalam bentuk prosa untuk memudahkan kepentingan penguasa kolonial saat itu.

Silsilah & Biografi Singkat Syekh Siti Jenar

Syekh Siti Jenar adalah putra seorang bangsawan dan ulama asal Malaka, bernama Syekh Datuk Saleh bin Syekh Isa Alawi. Ayah beliau menjabat kedudukan penting di Malaka hingga jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511. Keluarga Syekh Siti Jenar kemudian hijrah ke Caruban Nagari. Di negeri inilah Syekh siti jenar dilahirkan. Caruban pada saat itu masih menjadi Pakuwuan Caruban atau Caruban Larang setingkat kecamatan saat ini. Kota tempat kelahiran Syekh Siti Jenar sekarang lebih di kenal sebagai Astana Japura, sebelah tenggara Cirebon.

Lokasi Kecamatan Astana Japura, tempat kelahiran Syekh Siti Jenar

Seperti umumnya kaum bangsawan saat itu, Syekh Siti Jenar memiliki 3 nama; nama kecil atau nama lahir, nama julukan dan nama gelar jabatan. Ketiga nama ini umum digunakan oleh para tokoh pemimpin atau ulama pada masa itu. Syekh Siti Jenar lahir dengan nama Hasan Ali Anshar, setelah dewasa dan menjadi ulama beliau dikenal sebagai Syekh Abdul Jalil. Gelar Syekh Siti Jenar cukup banyak, gelar beliau yang paling dikenal adalah Syekh Siti Jenar, Sunan Kajenar dan Syekh Lemah Abang. Gelarnya ini menunjukkan lokasi tempat beliau pernah mengajar dan membuka pesantren selama hidupnya.

Berikut silsilah lengkap Syekh SitiJenar

  1. Syekh Siti Jenar/Syekh Abdul Jalil/Hasan Ali Anshar bin
  2. Syekh Datuk Saleh bin
  3. Syekh Isa Alawi atau Datuk Isa bin
  4. Ahmad Syah Jamaludin Husein aķbar, petinggi di Gujarat India bin
  5. Sayyid Ahmad Syah Jalal aka Ahmad Jalaluddin al Khan bin
  6. Syekh Abdullah Khanuddin/Azhamatkhan bin
  7. Sayid Amir Abdul Malik al Qazam/al Muhajir Azhmatkhan (Nasrabad) bin
  8. Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadramaut, Yaman, makam: Oman) bin
  9. Muhammad Shahib Mirbath (lahir di Hadramaut, Yaman, wafat di Oman) bin
  10. Sayyid Ali Khalli Qasim bin
  11. Sayyid Alawi Ats Tsani bin
  12. Sayyid Muhammad Shohibush Saumi’ah bin
  13. Sayyid Alawi Awwal bin
  14. Sayyid al Imam Ubaidillah bin
  15. Sayyid Ahmad al Muhajjir bin
  16. Sayyid Isa an Naqib ar Rummi (Basrah, Iraq) bin
  17. Sayyid Muhammad an Naqib bin
  18. Sayyid al Imam Ali Uraidhi bin
  19. Sayyidina al Imam Ja’far Shadiq (Madinah) bin
  20. Sayyidina al Imam Muhammad al Baqir bin
  21. Sayyidina al Imam Ali Zainal Abidin bin
  22. Sayyidina al Imam Husein as Syahid bin
  23. Sayyidina al Imam Ali bin Abi Thalib wa Fatimah Zahra binti
  24. Muhammad Rasulullah saw

Masa muda Syekh Siti Jenar digunakan untuk menuntut ilmu dari satu guru ke guru yang lain, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Guru pertama Syekh Siti Jenar (SSJ) adalah ayahnya. Selama dalam pendidikan ayahnya, SSJ sudah mampu menghafal Al Qur’an pada usia 12 tahun. Pada usia remaja hingga dewasa SSJ belajar pada beberapa ulama di Persia, Gujarat, dan Malaka. Kembali ke Tanah air beliau menjadi ulama yang dihormati, mendirikan banyak pesantren dan memiliki banyak murid dari mulai ujung Jawa Barat hingga Jawa Timur. Diantara muridnya yang terkenal adalah Ki Ageng Pengging dan putranya Hadiwijaya yang lebih dikenal dengan Joko Tingkir, yang kemudian menjadi pemimpin tertinggi kasunanan di Jawa yang beribukota di Pajang.

Syekh Siti Jenar hidup pada akhir abad ke-16. Berdasarkan penelitian M.C Riclefs dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern, pada akhir abad 16 ini di Jawa terjadi pergolakan politik dan kekuasaan. Pergolakan politik ini terjadi antara sistem pemerintahan lama yaitu sistem pemerintahan Dewan Wali atau Kasunanan dengan sistem pemerintahan Kesultanan (kerajaan) yang bekerjasama dengan Kerajaan Turki Utsmani.
Sistem pemerintahan Lama dalam karya sastra sering disebut dengan Mataram Kuno dengan struktur pemerintahan dewan wali, yang menempatkan posisi para wali atau pandita atau pemuka agama diatas pemimpin negara. Struktur pemerintahan dewan wali ini dalam karya sastra dikenal dengan sebutan Walisongo.

Pada akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17, Mataram dan wilayah-wilayah lain yang memberontak, ingin mengganti sistem pemerintahan Dewan Wali yang pada saat itu beribukota di Pajang dengan sistem kesultanan, dan menempatkan posisi dewan wali di bawah sultan yang berkuasa. Dalam kisah-kisah babad pergolakan politik ini dimulai dengan pecahnya pemberontakan Panembahan Senopati dan sekutu-sekutunya untuk mengkudeta Pajang dan wilayah sekitarnya yang tidak mau mengakui kekuasaan Mataram Baru yang menyebut kelompok mereka sebagai Mataram Islam, padahal yang mereka kudeta adalah wilayah-wilayah yang penguasa dan penduduknya mayoritas muslim.

Singkat kisah, perebutan tahta Jawa diambil alih oleh sistem kesultanan (Mataram Islam/Mataram Baru). Sistem pemerintahan dewan wali dibubarkan dan pada masa ini banyak ulama-ulama yang dibantai dan dibunuh karena dicurigai mendukung pemerintahan lama. Syekh Siti Jenar adalah salah satu diantara sekian banyak ulama yang dibunuh pada masa pergolakan ini, karena beliau adalah tokoh ulama yang berpengaruh dan memiliki banyak tokoh-tokoh yang menjadi murid beliau. Murid beliau yang paling berpengaruh adalah Ki Ageng Pengging dan putranya Hadiwijaya atau lebih dikenal dengan Joko Tingkir, pemimpin tertinggi pemerintahan Lama yang tewas pada masa pergantian kekuasaan dari Mataram Lama ke Mataram Baru.

Syekh siti Jenar (SSJ) bukan dihukum mati oleh Dewan Wali tapi oleh Kesultanan Mataram Baru. Kenapa bukan dengan dewan Wali/Walisongo? karena pada saat Syekh Siti Jenar dihukum mati Dewan Wali sudah resmi dibubarkan. Syekh Siti Jenar dihukum mati di alun-alun di depan Masjid Sang Cipta Rasa, Cirebon, dengan tuduhan melawan pemerintahan baru dan mengajarkan ajaran sesat hanya karena Syekh Siti Jenar bermazhab Syi’ah Imamiyah/Syiah Muntadzar dan berbeda dengan mazhab resmi kesultanan (Mataram Islam) saat itu yang berorientasi ke kesultanan Turki Utsmani, yaitu Mazhab Hanafi dan Syafii.

SSJ dimakamkan oleh murid-muridnya di desa Kemlaten. Dalam Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara dikisahkan tentang makam SSJ yang dipindahkan dari Kemlaten ke Bukit Amparan Jati secara sembunyi-sembunyi agar makam SSJ tidak diketahui oleh para peziarah dari kalangan murid-murid SSJ yang terus berdatangan dari seluruh Jawa dan ditakutkan akan terjadi pengultusan dan perlawanan balik dari para murid SSJ kepada kesultanan Mataram Islam yang baru berdiri.

Terdapat beberapa makam yang diyakini sebagai makam Syekh Siti Jenar, desa Kemlaten dan Gunung Jati di Cirebon, Pekalongan, Mantingan-Jepara, Tuban, dan beberapa kota lainnya yang tersebar di pulau Jawa. Dari semua makam yang diyakini sebagai makam Sykeh Siti Jenar, yang paling mendekati kisah asli beliau dari berbagai sumber yang kami telusuri adalah makam beliau yang berada di bukit Ampatan Jati, berdekatan dengan makam sepupu beliau Syekh Datuk Kahfi, walaupun tidak diketahui lokasi tepatnya.

Terdapat beberapa makam yang diyakini sebagai makam Syekh Siti Jenar, desa Kemlaten dan Gunung Jati di Cirebon, Pekalongan, Mantingan-Jepara, Tuban, dan beberapa kota lainnya yang tersebar di pulau Jawa. Dari semua makam yang diyakini sebagai makam Sykeh Siti Jenar, yang paling mendekati kisah asli beliau adalah makam beliau di bukit Ampatan Jati, berdekatan dengan makam sepupu beliau Syekh Datuk Kahfi, walaupun tidak diketahui lokasi tepatnya.

Berdasarkan penelusuran kami, makam Syekh Siti Jenar berada di sekitar lokasi makam Syekh Datuk Kahfi/Syekh Dzatul Kahfi/Syekh Nurjati di komplek Pemakaman Gunung Jati.

Banyaknya makam dan gelar yang diyakini sebagai Syekh Siti Jenar ini dikarenakan banyaknya pondok pesantren yang beliau buka sepanjang pulau Jawa. Ketika beliau meninggalkan pesantren yang didirikan untuk melakukan syi’ar Islam ke daerah-daerah lain, pesantren tersebut beliau serahkan ke murid kepercayaan beliau sebagai pengurus dan pimpinan pesantren. Berjalannya waktu Murid tersebut kemudian dikenal dengan gelar yang sebelumnya disematkan kepada Syekh Siti Jenar.


*Silsilah Syekh Siti Jenar, Syekh Datuk Kahfi, pangeran Panjunan, Pangeran Santri*

1. Nabi Muhammad SAW, berputeri
2. Sayidah Fatimah az-Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib, berputera
3. Husain r.a, berputera
4. Ali Zainal Abidin, berputera
5. Muhammad al-Baqir, berputera
6. Imam Ja’far ash-Shadiq, berputera
7. Ali al-Uraidhi, berputera
8. Muhammad al-Naqib, berputera
9. Isa al-Rumi, berputera
10. Ahmad al-Muhajir, berputera
11. Ubaidillah, berputera
12. Alawi, berputera
13. Muhammad, berputera
14. Alawi, berputera
15. Ali Khali’ Qosam, berputera
16. Muhammad Shahib Mirbath, berputera
17. Sayid Alwi, berputera
18. Sayid Abdul Malik, berputera
19. Sayid Amir Abdullah Khan (Azamat Khan), berputera
20. Ahmad Syah Jalaludin (rodovid, sulaiman al baghdadi)
21. Sayid Abdul Kadir, berputera
22. Maulana Isa, berputera
23. (1)Datuk Soleh, (2)Datuk Ahmad
24. (1) Datuk Sholeh berputra: Syekh Siti Jenar,
(2) Datuk Ahmad b’putra : Syekh Datuk Kahfi (Syekh Nurjati).
Syekh Datuk Kahfi, Berputra :
25. Pangeran Panjunan / Syekh Maulana Abdurahman, berputra :
26. Pangeran Pamelekaran / Pangeran Muhammad
27. Pangeran Santri / Pangeran Koesoemadinata I/Maulana Salih/Ki Gedeng Sumedang

*Hubungan keluarga dengan Syekh Nurjati*

Maulana Isa, Kakek dari Syekh Siti Jenar, adalah seorang tokoh agama yang berpengaruh pada zamannya, demikian pula putra beliau Syekh Datuk Ahmad dan Syekh Abdul Soleh (ayah dari Syekh Siti Jenar). Syekh Datuk Ahmad, kakak dari ayah Syekh Siti Jenar, memiliki putra Syekh Datuk Kahfi yang selanjutnya dikenal pula dengan nama Syekh Nurjati. Dari silsilah keluarga ini dapat diketahui bahwa Syekh Siti Jenar adalah saudara sepupu dari Syekh Datuk Kahfi.

Catatan : Tulisan ini terkait dengan tulisan kami yang telah kami unggah sebelumnya yang berjudul : Memahami Ajaran Manunggaling Kawula Gusti; 5 Februari 2019; https://sofiaabdullah.wordpress.com/2019/02/05/memahami-ajaran-manunggaling-kawula-gusti/

Sumber:

1. Sunyoto, Agus, Atlas Walisongo
2. Ricklefs, M.C, Sejarah Indonesia Modern
3. Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara
4. Carita Purwaka Caruban Nagari
5. Sholikhin, Muhammad, K.H Ternyata Syekh Siti Jenar Tidak dieksekusi Walisongo
6. Arnold, T.W, The Preaching of Islam
7. Al Hadad, Habib Alwi bin Thahir, Masuknya Islam ke Timur Jauh
8. Babad Tanah Jawi
9. Dan sumber-sumber lain yang terkait

****

Alurwaktu & Penjelasan  Ringkas Sejarah Islam di Nusantara (3)

Penjelasan Ringkas (Ikhtisar) Alur Waktu Sejarah Islam Di Nusantara : 1602 hingga era Orde Baru.

4. 1602-1755 M Dibentuknya VOC, Berdirinya Mataram Baru, hingga dibubarkannya Mataram Baru thn 1755. Pada era ini terjadi beberapa peristiwa sejarah penting yang berpengaruh terhadap Islam di Nusantara :

●   Dibentuknya Perserikatan Dagang Negara-Negara Eropa, 2 negara anggotanya adalah VOC (Belanda) dan EIC (Inggris) memiliki peran besar dalam berbagai peristiwa sejarah di Indonesia. Dibentuknya Perserikatan Dagang ini semakin menguatkan kedudukan kolonialisasi bangsa Eropa di Nusantara. Era ini ditandai dengan berbagai pemberontakan dan kudeta sejak tahun 1578 hingga wafatnya Sultan Pajang Hadiwijaya tahun 1582. Pemberontakan dan kudeta terus berlanjut hingga Sultan Agung Hanyokrokusumo berkuasa tahun 1613. (1)

Lambang EIC (Inggris) dan VOC (Belanada), adalah 2 dari sekian banyak anggota Perserikatan dagang bangsa Eropa di wilayah Hindia Timur. Awalnya mereka bersaing untuk mendapat tanah jajahan, namun karena selalu gagal, mereka kemudian bekerja sama membentuk Perserikatan Dagang Hindia Timur, dan akhirnya dengan politik pecah belah dan kuasai (devide et empera), mereka berhasil memonopoli perdagangan di wilayah Hindia Timur

●   Tahun 1613 sultan Agung Hanyokrokusumo mencapai puncak kekuasaannya setelah melakukan penyerangan keberbagai daerah untuk mengakui kedaulatan Sultan Agung.

●   Melakukan kerjasama dengan Kesultanan Turki Utsmani. Diawali kerjasama perdagangan, kemudian politik dan pada akhirnya penyerahan Pulau Jawa sebagai bagian dari wilayah Turki Utsmani oleh Sultan Agung di Mekkah.

●   Merubah bentuk pemerintahan dari sistem Dewan Wali menjadi Kerajaan (pemilihan sultan berdasarkan ke turunan), mengadopsi sistem kerajaan atau Kesultanan  Turki Utsmani.

●   Pada era Amangkurat I (1646-1676) diberlakukan blokade perdagangan laut hingga penduduk Pulau Jawa tidak dapat melakukan perdagangan keluar Pulau Jawa. Ekonomi negara hanya mengandalkan sistem pertanian dan perkebunan. Kebijakan ini dilakukan karena takut pemberontakan terhadap Amangkurat I meluas keluar Pulau Jawa.

●   Blokade perdagangan laut menyebabkan perekonomian negara menjadi kacau. Pemberontakan terhadap Amangkurat I semakin meluas. Amangkurat I meminta batuan VOC untuk mengatasi pemberontakan dalam bentuk hutang untuk membayar pasukan, kebutuhan perang, dan senjata.

●   Pembunuhan ribuan ulama dan para pemimpin lama yang memberontak kebijakan Amangkurat.

●   Desas Desus yang menyebar ke berbagai keraton (Kota berbenteng) di Jawa bahwa Amangkurat II (1677-1703) bukan Sunan Rahmat tapi Anak Gubernur Jenderal dengan wanita lokal. Penduduk Jawa menyebutnya sebagai Sunan Amral (Admiral) karena Amangkurat II pemimpin Jawa pertama yang menggunakan baju dan atribut Belanda.

5. 1755-1945 Sejarah Indonesia era Kolonial.

Era kolonial ini dibagi menjadi 3 Era :

1. 1602-1799 : Era kolonialisasi VOC/ EIC (gabungan Perusahaan-Perusahaan Dagang Eropa di Hindia Timur). Pada era ini satu persatu wilayah nusantara di kuasai dengan cara mengadu domba antar wilayah. Era ini mencapai puncaknya setelah perjanjian Giyanti 1755. (2)

●   Diawali dengan perjanjian Giyanti 13 Febuari 1755, dengan ditandatanganinya perjanjian Giyanti, secara de Fakto dan de Jure menandai berakhirnya kesultanan Mataram dan membagi wilayah Mataram menjadi 2 wilayah kerajaan yang berpusat di Yogyakarta dan Surakarta.

●   Pemerintah kolonial membuat pemerintahan Islam baru yang berbentuk kesultanan-kesultanan kecil di bekas wilayah Mataram yang tunduk pada aturan kolonial dalam segala aspek bahkan dalam rumah tangga para sultan. Pejabat yang berkuasa saat itu dipilih oleh pemerintah kolonial berdasarkan kesetiaannya pada pemerintah kolonial. contoh : Pakubuwono I (pangeran Puger) menyerahkan seluruh kekuasaannya di sepanjang pantai utara Jawa kepada pemerintah kolonial dengan alasan membayar hutang perang yang dibantu oleh VOC. PB I ataupun Pangeran Puger disini bukan nama hanya gelar, pangeran Puger diangkat menjadi PB I oleh VOC utk melawan Amangkurat III

●   Pada era ini pula satu persatu sistem kesultanan (feodal) yang melawan pemerintah kolonial Belanda dibubarkan diganti dengan keresidenan. Kesultanan yang ‘taat’ dengan aturan kolonial tetap berdiri.

2. 1799-1941 : Era Kolonialisasi kerajaan Belanda. Peristiwa sejarah penting pada periode ini adalah lahirnya generasi Indo/peranakan. Generasi ini lahir dari bapak/ibu Eropa dengan penduduk pribumi atau para tawanan perang yang diperbudak dan dipekerjakan di perkebunan-perkebunan milik bangsa Eropa. Adanya generasi indo menambah keragaman penduduk Indonesia, bukan hanya keragaman wajah tapi juga budaya campuran, terutama dalam seni bangunan dan makanan.

Lahirnya generasi Indo dan peranakan Tionghoa adalah 2 diantara beberapa peristiwa sejarah yang pengaruhnya dirasakan hingga saat ini.

3. 1941-1945 : Era kolonial Jepang. Peristiwa-peristiwa sejarah penting yang terjadi pada era ini :

●   Lahirnya budaya campuran perpaduan Jepang dan Nusantara dalam bentuk tarian dan lagu, contoh: tari dan lagu gending Sriwijaya yang diciptakan pada era ini. Tari dan lagu Gending Sriwijaya yang dibuat berdasarkan tarian dan musik tradisional Jepang. Tarian ini mengisahkan kejayaan Palembang pada masa Sriwijaya yang berdasarkan teori kolonial Belanda, dikatakan sebagai kerajaan Budha terbesar yang pernah ada di Indonesia.

●   Generasi Indo (campuran penduduk lokal dengan bangsa Eropa) dikembalikan ke negeri-negeri ayah mereka baik terpaksa atau sukarela.

●   Lahirnya generasi campuran penduduk Indonesia dengan Jepang baik akibat pemaksaan atau pernikahan.

●   Kewajiban upacara dan menyembah Matahari terbit sebagai simbol agama Shinto.

●   Keempat faktor diatas menyebabkan pemberontakan kaum Ulama dan para santri. Pemberontakan ini menyebabkan banyaknya para ulama yang terbunuh. Tokoh ulama pejuang yang terkenal pada era ini : Kyai Haji Hasyim Asy’ari (Jatim), Kyai Haji Zaenal Mustafa (Tasik)

KH Zaenal Mustafa (1899-1944) ulama Tasik pemimpin perlawanan terhadap penjajahan Jepang.

6. 1945 M – sd Saat Ini. Era kemerdekaan Indonesia. Berikut peristiwa-peristiwa pada era ini yang merubah jalannya sejarah Indonesia. 

Foto tahun 1947, relief pada Candi Prambanan sedang dalam proses pembuatan, jadi jelas relief ini bukan relief dari beberapa abad yang lalu, tapi baru di buat tahun 1947.

●   1958 Semua sistem kesultanan di Indonesia dibubarkan kecuali DIY Yogyakarta. Kesultanan di Indonesia melebur dengan Negara kesatuan Republik Indonesia dan menjadi Propinsi. 

●   Sistem pendidikan umum tetap menggunakan sistem pendidikan era kolonial. Teori-teori sejarah yang dibuat oleh sejarawan era kolonial seperti teori seputar kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Teori Hindu Budha, Teori Masuknya Islam ke Nusantara, Teori Sejarah Jakarta, Teori Kerajaan Sunda dan sebagainya diresmikan sebagai sejarah resmi yang dipelajari di sekolah-sekolah umum.

●   Sekitar tahun 1960an, Sukarno membentuk tim sejarah untuk menyusun kembali sejarah nasional Indonesia yang dipimpin antara lain oleh Buya Hamka dan Abu Bakar Aceh. Dari sinilah lahir slogan bung Karno yang terkenal : “Jas Merah” (Jangan Sekali-kali melupakan sejarah). Pembentukan tim ini melahirkan teori-teori baru tentang sejarah Islam di Indonesia, diantaranya teori Mekkah Buya Hamka, Sejarah Syiah di Nusantara karya Abu Bakar Aceh. Sayangnya, sebelum tim ini sukses merubah sejarah, banyak terjadi konflik politik dalam negeri hingga naiknya Suharto pada tahun 1968 menggantikan Sukarno.

●   Pada era Orde Baru, susunan sejarah Indonesia kembali menggunakan Teori-teori era kolonial bahkan memperkuat teori era kolonial dengan melakukan perubahan-perubahan di banyak situs sejarah, antara lain :

●   1976 situs pemakaman muslim kuno di Cangkuang, Garut diresmikan sebagai situs Hindu dengan didirikannya Candi Cangkuang yang dibuat hanya berdasarkan perkiraan yang didasari teori sejarah candi Era Kolonial. (2)

●   1982 dan seterusnya banyak situs makam-makam kuno yang dihancurkan dengan alasan pembangunan atau diubah menjadi tempat pesugihan (Gunung kawi dsb), lokalisasi (Kemukus, Kramat Tunggak)

●   1970-1990an berbagai situs pemukiman dan pemakaman kuno mengalami perombakan besar-besaran dengan alasan renovasi, diantaranya situs Trowulan dan Troloyo yang dijadikan sebagai situs Ibukota Majapahit. Situs pemakaman kuno di Palembang dijadikan situs arkeologi Sriwijaya hanya berdasarkan perkiraan, pemindahan situs pemakaman kuno di sekitar Borobudur dan sebagainya. Adanya renovasi yang hanya bersumber dari asumsi yang diambil dari teori-teori era kolonial baik disengaja ataupun tidak semakin memperkuat teori sejarah Indonesia era kolonial yang sudah seharusnya di kaji ulang.

Bagi para peneliti, pemerhati dan pecinta sejarah bila berkunjung ke situs-situs sejarah, sangat penting untuk mempertanyakan sejarah renovasi situs tersebut sebelum menyimpulkan hasil riset atau hanya sekedar menulis di internet. Mengetahui sejarah renovasi situs sangat penting karena renovasi situs memiliki peran penting dalam mengubah sejarah.

Ditulis oleh : Sofia Abdullah

Catatan & Sumber-sumber :

(1) Tentang Sejarah VOC bisa dibaca tulisan kami yang berjudul : Hebatnya Indonesiaku;17 Januari 2017; https://sofiaabdullah.wordpress.com/2017/01/17/hebatnya-indonesiaku/

(2) Tentang Candi Cangkuang dan pemakaman muslim bisa dibaca tulisan kami : Candi Cangkuang, Situs Hindu atau Islam?;12 Februari 2020; https://sofiaabdullah.wordpress.com/2020/02/12/candi-cangkuang-situs-hindu-atau-islam/

*Alur waktu ini dibuat berdasarkan lebih dari 10 thn penelitian sejarah Indonesia, dan untuk membuat Timeline ini kami mengambil sumber dari ratusan buku referensi yang daftarnya akan kami posting di WordPress kami dalam waktu dekat InsyaAllah.

Alur Waktu dan Penjelasan Ringkas Sejarah Islam di Nusantara (2)

Penjelasan Ringkas (Ikhtisar) Alur Waktu Sejarah Islam Di Nusantara : 0 SM sd 1613 M

1. 0 – 610 M Sejarah Indonesia Pra Islam

●   Agama Dharma : Agama Tauhid leluhur Nusantara (skala mayoritas) bukan Hindu, Budha atau HinduBudha. Agama Dharma sebagai agama Tauhid dapat dilihat dari ajaran Agamanya, ritual ibadah, dan tradisi yang terkait dengan ketuhanan. Agama ini masih ada di Bali dan Jawa hingga saat ini dengan sebutannya masing-masing. 

●   Penciptaan Bumi dan alam semesta, penghuni bumi sebelum Adam as menurut naskah kuno, kitab-kitab suci beberapa agama, dan perbandingannya dengan Al Qur’an dan Hadits. (1)

●   Sang Hyang Adhama: kisah manusia pertama penghuni bumi dan keturunannya atau kisah Nabi Adam dalam  naskah-naskah kuno Nusantara (2)

●   Kisah nabi Nuh as, Ratu Galuh dan leluhur Nusantara, Banjir Besar dan pengaruhnya terhadap kepulauan Nusantara (3)

●   Leluhur nusantara dalam Kisah Wayangpurwa dan kaitannya dengan kisah para nabi dan rasul sebelum nabi Muhammad saw.

2. 610-800 M   Sejarah Indonesia Masa Perkembangan Islam

●   Islam awal masuk ke Indonesia melalui 3 cara :

1. 610-632 M (Era Rasulullah saw) Melalui para utusan Rasulullah saw sejak era Makiyyah hingga wafatnya Rasul saw (632 M) (4)

2. 632-661 M Melalui para utusan Khulafaur Rasyidin

3. 681-700an M Melalui kaum Muslim Dari kalangan anggota keluarga Nabi saw dan para pengikutnya yang hijrah ke Nusantara setelah peristiwa Karbala.

●   Islam mulai dikenal penduduk di berbagai kepulauan nusantara melalui 2 cara yang waktunya hampir bersamaan :

1. Melalui kitab-kitab yang diwariskan dari leluhur nusantara. Agama penduduk nusantara umumnya adalah agama tauhid, yang disebut dalam bahasa Al Qur’an sebagai agama millatu Ibrahim (Agama nabi Ibrahim yg lurus). Agama Millatu Ibrahim ini di kenali dengan tradisi ritualnya berupa tradisi memakamkan jenazah, ritual ibadah, ziarah dsb. Dan seperti yang di jelaskan dalam Al Qur’an, setiap penganut agama tauhid adalah mereka yang mewarisi kitab dari nabi terdahulu atau yang disebut juga sebagai Ahlulkitab. Dalam kitab inilah sebagian leluhur nusantara, seperti ahlulkitab yang lain mengetahui akan kedatangan Rasul saw bernama Muhammad yang memulai awal kenabiannya di kota Mekkah. (5)

2. Melalui Kedatangan para utusan Rasulullah saw ke berbagai lokasi wilayah kuno di nusantara. Kedatangan utusan Rasul saw ke nusantara yang pertama tercatat dalam sejarah, setelah peristiwa hijrah pertama ke Ethiopia (613 M). Kedatangan para utusan ini dibuktikan diantaranya melalui situs pemakaman dan pemukiman muslim yang telah ada sejak Rasul saw masih hidup, seperti wilayah Aceh, Barus, Maluku, Sancang-Garut yang saat ini walaupun telah menjadi hutan, namun masih terdapat situs bekas pemukiman dan pemakaman, yang besar kemungkinan adalah makam dari tokoh yang Rakeyan Sancang, tokoh jawa barat yang hidup pada masa rasul saw dan menjadi murid Imam Ali as.

●   Dakwah Islam versi Rasulullah saw :

1. Mengutus para utusan terpilih dari kalangan keluarga dan sahabat rasul saw untuk memberikan pesan kepada para pemimpin Negara lain berupa surat yang isinya mengenalkan kedudukan Rasul saw sebagai Rasul dan pemimpin Islam.

2. Mengajak kerjasama dalam bidang politik dan perdagangan yang saling menguntungkan kepada para pemimpin baik pemimpin yang mau menerima Islam atau tetap pada agamanya.

3. Kerjasama politik dan perdagangan cara Rasul saw dan para Nabi sebelum beliau saw adalah dengan menyewa sebidang tanah di pusat-pusat perdagangan negeri tersebut kepada pemimpin setempat. Di tanah yang mereka sewa ini, para utusan Rasul saw melakukan niaga dengan penduduk lokal maupun asing, menjalin persahabatan dengan penguasa setempat sekaligus mengenalkan ajaran Islam kepada penduduk dimanapun mereka ditempatkan.

4. Para utusan ini melakukan perdagangan untuk penghidupan mereka di tanah asing. Keuntungan hasil usaha dan sewa tanah akan mereka bagi sekian persen kepada penguasa setempat. Dengan cara yang menguntungkan ini, jarang sekali ada penguasa yang menolak para utusan Rasul saw. Sebagai balasannya, mereka mendapat perlindungan dari penguasa setempat. Contoh hubungan Rasul saw dengan raja Ethiopia dan Mesir.

5. Cara perdagangan seperti ini masih dilakukan para pengusaha muslim, terutama di Indonesia hingga akhir abad ke-15. Dengan cara perdagangan seperti ini, selain memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak tanpa harus berperang, juga menambah variasi penduduk Indonesia, karena umumnya para pengusaha yang melakukan perdagangan di berbagai kota-kota ini akan menetap dikota tersebut dan menikah dengan penduduk setempat. Istri-istri mereka kemudian dibawa ke Tanah air dan terjadilah asimilasi budaya antara penduduk nusantara dengan para pendatang asing, contoh asimilasi budaya India wilayah tertentu dengan nusantara melahirkan suku padang, Aceh, dsb bisa dilihat dari makanan, busana, tradisi dsb. Demikian pula dengan asimilasi budaya dengan bangsa lain, yang wilayahnya menjadi pusat perdagangan kuno, seperti kota Tarim, Hadramaut, Malabar, Gujarat, Delhi, Syam (Suriah), uzbekistan, Maroko (Maghribi) sampai ke China.

3. 800-1613 M Sejarah Indonesia Masa Pemerintahan Islam Lama (Mataram Kuno).

Sikap para utusan yang meneladani akhlak Rasul saw yang agung, keahlian mereka dalam berbagai bidang baik urusan dunia ataupun agama, menyebabkan para keluarga dan sahabat nabi terpilih yang menjadi duta Islam mendapatkan kepercayaan dari para penguasa lokal. Banyak diantara para utusan ini yang kemudian menikah dengan keluarga penguasa setempat, dan dipercaya memimpin wilayah-tertentu. Dalam waktu 200 tahun setelah masa perkembangan Islam, pemerintahan Islam mulai tersebar di beberapa wilayah kuno Nusantara. Masa ini di tandai dengan :

●   Dibentuknya sistem Dewan Wali. Dewan Wali terdiri dari kaum ulama (pandita) dan perwakilan agama Dharma. Dewan Wali ini yang menunjuk para pemimpin yang menjalankan tugas negara (eksekutif) dengan bimbingan kaum ulama. Dalam naskah-naskah kuno Dewan Wali ini dikenal dengan Walisongo.

●   Dari penelusuran kami ada beberapa kemungkinan alasan mengapa Dewan Wali ini dalam naskah-naskah kuno disebut Walisongo, satu diantaranya yang paling mendekati dengan kisah-kisah dalam babad adalah karena Dewan Wali ini terdiri dari 9 bagian/ dewan/komisi para wali yang tiap-tiap bagiannya dipimpin oleh satu orang ketua Dewan. 9 ketua Dewan Wali inilah yang kemudian dikenal dengan Walisongo. Para anggota dewan wali ini menjabat hingga wafatnya atau sampai mengundurkan diri. Kemudian diangkat penggantinya. Demikian seterusnya dari generasi ke generasi. Dewan Walisongo yang umum diketahui adalah Dewan Walisongo generasi terakhir.

●   Dari silsilah para Sunan yang kami telusuri, Walisongo generasi pertama telah ada sejak tahun 800an Masehi, jauh sebelum berdirinya Kerajaan Turki Utsmani (1275-1925). Sistem ini dibubarkan pada era Sultan Agung dengan mendirikan pemerintahan bentuk kerajaan sebagai ganti kesunananan.

●   Dalam sejarah umum (teori kolonial), era ini disebut Mataram Lama yang beragama Hindu-Buddha. Faktanya, bila kita mau menelusuri sejarah wilayah kota-kota besar yang tersebar di Indonesia, pada masa ini sepanjang pantai utara Jawa, Sumatera dan Sulawesi mayoritas penduduk dan pemimpin wilayahnya beragama Islam.

●   Walaupun telah banyak wilayah yang menggunakan pemerintahan Islam, wilayah lama yang mayoritasnya bergama Dharma tetap ada, bisa di baca dalam naskah-naskah kuno dalam pemerintahan Dewan Walisongo terdapat wali/perwakilan dari agama Dharma. Agama Dharma menurut teori kolonial disebut agama Hindu-Buddha.

Ditulis oleh : Sofia Abdullah

Catatan dan sumber-sumber

(1) Sebagian tulisan tentang bagian ini bisa dibaca pada link ini : Penciptaan Jinn, Malaikat, Adam as & Asal mula Iblis;30 September 2016; https://sofiaabdullah.wordpress.com/2016/09/30/penciptaan-jinn-malaikat-adam-as-asal-mula-iblis/

(2)  Nabi Adam: Bapak Manusia; 28 September 2016; https://sofiaabdullah.wordpress.com/2016/09/28/jejak-jejak-nabi-adam-di-nusantara/

(3) Asal Kata Manusia; 1 Agustus 2021; https://sofiaabdullah.wordpress.com/2021/08/01/asal-kata-manusia/

(4) Lebih lengkap tentang utusan Rasulullah bisa dibaca tulisan kami di link ini : *Imam Ali bin Abi Thalib RA, Kian Santang & Rakeyan Sancang; 22 Juni 2020; https://sofiaabdullah.wordpress.com/2020/06/22/imam-ali-bin-abi-thalib-rakean-santang-rakeyan-sancang/

*Sahabat Dari Negeri Yang Jauh; 9 Maret 2021 ;https://sofiaabdullah.wordpress.com/2021/03/09/sahabat-dari-negeri-yang-jauh/

*Masjid pada Masa Rasulullah saw (1);5 Maret 2020; https://sofiaabdullah.wordpress.com/2020/03/05/masjid-pada-era-makiyyah-1/

(5) Lebih lengkapnya tentang Agama Milatu Ibrahim, bisa dibaca di link ini : Millatu Ibrahim, Tradisi Ziarah & Bangunan Makam(bagian 1) ; 9 September 2021; 
https://sofiaabdullah.wordpress.com/2021/08/09/millatu-ibrahim-tradisi-ziarah-dan-bangunan-makam-bagian-1/



Ciri Bangunan Masjid & Makam Kuno

1. Masjid pada masa Rasulullah dilihat dari fungsinya bukan bentuk. Budaya memiliki peran penting dalam bentuk bangunan masjid. Pada masa Rasul saw, bentuk bangunan masjid dibuat seperti umumnya bentuk bangunan tradisi Arab pada masa itu, memiliki fondasi dan bangunan utama berbentuk bujur sangkar.

Gambaran Masjid Nabi di Madinah awal dibangun, teras yang lapang dikelilingi dinding berbentuk persegi panjang. Bagian Masjid terbagi 2 beratap dan dan tidak. Bagian tanpa atap di samping pintu masuk adalah sumur dan tempat bersuci. Di bagian luar masjid terdapat bangunan ahlusuffah, rumah keluarga nabi dan sahabat. Konsep bentuk masjid disesuaikan dengan bangunan hunian tradisional Arab yang berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar.

2. Konsep bangunan Masjid yang diajarkan Rasulullah saw pada awalnya adalah sebuah kompleks bangunan dengan berbagai fungsi, yaitu: fungsi peribadatan, syi’ar Islam, sosial dan pendidikan.

3. Masjid terdiri dari 4 bagian utama, yaitu :

1. Bagian terluar masjid setelah gerbang masuk masjid terdapat sumur  sebagai tempat untuk mandi dan bersuci. 2. Halaman atau teras Masjid selain sebagai tempat sholat juga sebagai tempat berkumpul para sahabat ketika melakukan syi’ar kepada umat yang baru mengenal Islam. 3. Bagian utama dengan atap tempat terdapatnya Mihrab. 4. Bagian ke-empat yaitu bagian belakang bangunan masjid terdapat Makam.

4. Pada masa awal penyebaran Islam keseluruh dunia, bagian bangunan Masjid masih mengikuti pola ini, setiap bagian bangunan dilihat dari fungsinya. Adapun bentuk bangunan Masjid mengikuti tradisi bentuk bangunan masyarakat di wilayah manapun masjid tersebut berada. Seperti Masjid Nabawi di Madinah bentuk bangunannya mengikuti bentuk bangunan tradisi Arab saat itu, berbentuk persegi panjang atau kubus dengan teras dan beratap jerami. Tujuan bentuk bangunan mengikuti bentuk bangunan setempat adalah untuk mempermudah syi’ar Islam.

Hingga saat ini, sebagian besar bentuk bangunan di Jazirah Arab berbentuk persegi panjang atau kubus, bentuk bangunan seperti ini menyesuaikan dengan iklim gurun yang ekstrim.

5. Setelah wafatnya Rasulullah, lambat laun fungsi dan bangunan Masjid mulai berubah, terdapat tambahan-tambahan bangunan dalam kompleks Masjid, seperti perubahan fungsi mihrab, penambahan menara, kubah, maqsurah dan beduq. Penambahan bagian-bagian baru pada Masjid, memiliki sejarahnya masing-masing, tergantung situasi, kondisi dan pergolakan politik yang terjadi pada masa tersebut. (Tentang sejarah bangunan masjid bisa dibaca tulisan kami di : https://sofiaabdullah.wordpress.com/2020/03/05/masjid-pada-era-makiyyah-1/)

6. Walaupun terdapat penambahan dan pergeseran fungsi dari masa ke masa, hingga akhir abad ke-19 secara garis besar bangunan masjid masih dilihat dari fungsi, mengikuti contoh masjid Nabi di Madinah yang dilihat dari fungsi bangunan, sementara bentuk dan model bangunan masjid dibelahan dunia manapun, disesuaikan dengan ciri bangunan setempat.

Xi an Great Mosque. Masjid yang di bangun tahun 742 M ini mengikuti konsep bentuk bangunan rumah tradisional China, dengan 4 fungsi masjid mengikuti konsep masjid nabi di Madinah; tempat bersuci, teras, bagian utama masjid dan makam yang berada di bagian belakang kompleks masjid.

7. Masjid-masjid kuno yang tersebar di berbagai belahan dunia tidak memiliki simbol atau bangunan khusus, seperti kubah atau bulan bintang, karena kedua simbol ini adalah penambahan baru yang dimulai pada abad ke 16, ketika Turki Utsmani mulai melakukan invasi untuk memperluas kekuasaannya. Bangunan dengan kubah adalah bangunan tradisi Romawi dan Asia Tengah. Sementara simbol Bulan sabit dan bintang adalah simbol yang digunakan Turki Utsmani untuk menandai wilayah kekuasaannya.

8. Awal masuknya Islam ke nusantara, yaitu pada masa Rasulullah saw, bangunan masjid masih mengikuti konsep awal bangunan masjid yang diajarkan Rasulullah, yaitu dengan melihat fungsinya, adapun  bentuk bangunan mengikuti bentuk bangunan budaya nusantara yang bercirikan atap tumpang.

Beberapa contoh masjid dengan model bangunan tradisi Indonesia, gbr 1 (atas) Masjid Kuno di Serang dan Masjid Inderapuri di Aceh (gbr 2, bawah)
Masjid Menara Kudus dengan bentuk bangunan menara masjid yang menyerupai bangunan candi.

9. Masjid kuno di Nusantara juga dikenali dengan keberadaan makam dan bangunan makam. Bila dalam satu wilayah terdapat makam atau bangunan makam, namun tidak ditemukan bangunan masjid, besar kemungkinan di lokasi tersebut pernah terdapat masjid, karena makam dan masjid berada dalam satu lokasi yang sama. Lokasi makam yang berada di belakang masjid mengikuti konsep makam Masjid Nabi di Madinah, yang berada di bagian belakang Masjid. Tujuan diadakannya pemakaman dekat dengan Masjid adalah untuk mempermudah pengurusan jenazah, dari mulai memandikan, mensholatkan, hingga menguburkan. Sementara untuk yang masih hidup, tujuannya adalah, dengan mengingat kematian umat Islam diharapkan akan bertambah keimanannya, dan takut untuk berbuat dzalim pada diri sendiri atau orang lain.

10. Berdasarkan temuan jenazah di beberapa situs yang kami kunjungi, seperti situs Batu Jaya, Trowulan, dan beberapa situs lain dan dari naskah-naskah kuno yang kami pelajari, yang menunjukkan bahwa situs tersebut adalah bangunan makam. Temuan ini menandakan bahwa jauh sebelum dikenalnya agama Islam, leluhur nusantara telah mengenal tradisi menguburkan jenazah, mendirikan bangunan makam dan tradisi ziarah. Pengurusan jenazah dengan cara dimakamkan atau dibuatkan bangunan makam dengan berbagai macam variasinya atau adanya tradisi ziarah para pemimpin terdahulu yang tercatat dalam naskah -naskah kuno adalah bukti bahwa leluhur nusantara penganut ajaran Tauhid. Ajaran tauhid mengajarkan keberadaan Tuhan yang satu yang Maha Kuasa, pencipta alam semesta. Ajaran tauhid yang dikenal di seluruh dunia adalah ajaran Nabi Ibrahim. Walaupun dengan nama yang sedikit berbeda karena mengikuti bahasa kaumnya. Selengkapnya tentang agama millatu Ibrahim bisa dibaca pada link ini : https://sofiaabdullah.wordpress.com/2021/08/09/millatu-ibrahim-tradisi-ziarah-dan-bangunan-makam-bagian-2/

11. Pada setiap masjid kuno selain terdapat pemakaman umum, juga terdapat pemakaman khusus dalam bangunan berupa kamar atau ruang terpisah yang disebut Bangunan makam atau cungkup makam. Bentuk bangunan makam mengikuti tradisi bangunan setempat.

Bangunan makam Sunan Ja’far Sodiq (Sunan Kudus) di bagian belakang Masjid Kudus (dari kata al Quds), kota Kudus, Jawa Tengah.

12. Bangunan makam memiliki banyak bentuk dan variasi. Pada masa lalu, bangunan makam lebih cenderung mengikuti tradisi budaya setempat. Pada aliran-aliran agama tertentu, seperti agama yahudi, Nasrani dan Islam terutama dalam mazhab Ahlul bait, tradisi bangunan makam masih dilakukan hingga kini.

13. Hingga kini bangunan makam masih dapat dilihat pada pemakaman-pemakaman umum di Indonesia dan wilayah-wilayah di Asia Tenggara yang berpenduduk mayoritas muslim, hanya saja pada masa kini bangunan makam cenderung lebih sederhana dan terbuka.

Bangunan makam adalah salah satu tradisi leluhur nusantara yang masih bertahan hingga saat ini, hanya saja bangunan makam modern umumnya hanya beratap dan lebih terbuka, pada masa lalu situs bangunan makam lebih tertutup dan terdapat pintu yang tidak setiap orang dapat masuk tanpa izin dari keluarga pemilik bangunan makam. Gbr. Koleksi pribadi penulis.

14. Dalam setiap agama umumnya terdapat aliran anarkis yang cenderung memaksakan kehendaknya dan merasa golongannya paling benar. Aliran ini biasanya berseberangan dengan ajaran agama yang sesungguhnya, karena setiap agama umumnya mengajarkan nilai-nilai positif dalam menjalani kehidupan dengan damai, bukan dengan kekerasan. Berbanding terbalik dengan golongan anarkhis, golongan ini cederung memaksakan kehendaknya, golongan ini umumnya bertujuan menguasai pemerintahan dengan mengatasnamakan agama. Golongan ini akan mengajak kerjasama para pejabat yang berambisi menjadi penguasa, agar pemerintahan dapat dijalankan sesuai agenda mereka.

15. Aliran anarkis dalam sejarah Islam, dimulai pada era dinasti Umayyah dan Abasiyyah, yang ditandai dengan pembunuhan besar-besaran terhadap golongan yang bersebrangan dengan haluan politik mereka, walaupun pihak tersebut memiliki aqidah yang sama. Sikap politik ini diturunkan hingga generasi penerus mereka yang memilih menjadikan keturunan nabi, keluarga dan pengikutnya sebagai lawan politik. Persaingan politik, haus kekuasaan dan kekayaan melahirkan golongan ulama-ulama pro penguasa dan pengikutnya yang mendukung segala keinginan penguasa walaupun keinginan tersebut seringkali berseberangan dengan ajaran Islam. Penghancuran bangunan makam, situs-situs bersejarah, biasanya didalangi oleh golongan ini. (1)

Peristiwa pembantaian Imam Husein dan keluarga nabi yang lain di Karbala pada tanggal 10 Muharram 681 M, oleh pasukan Yazid bin Muawiyah bin Abu Sofyan adalah bukti abadi kedzaliman penguasa Bani Umayyah kepada keluarga nabi saw yang tetap diperingati hingga saat ini di seluruh dunia.

16. Golongan ini memiliki banyak sebutan diantaranya yang paling terkenal adalah khawarij dan nawasib. Sejalan dengan berlalunya zaman, golongan ini terpecah lagi menjadi beberapa golongan. Golongan ini memiliki peran penting dalam merubah sejarah bangunan masjid, dari mulai bentuk bangunan masjid yang lebih melihat fungsi daripada bentuk hingga menjadi bangunan masjid yang ada pada masa kita sekarang.

17. Pasca wafatnya rasul saw (632-1200-an) golongan nawasib ini menjadi mayoritas penguasa di Jazirah Arab dan sekitarnya. Golongan ini sangat membenci keluarga nabi saw, keturunan dan pengikutnya karena dianggap lawan politik mereka. Kondisi politik ini menyebabkan terjadinya gelombang hijrah keturunan dan pengikut keluarga nabi saw ke wilayah Asia hingga ke Nusantara.

18. Penguasa nawasib mencapai puncaknya pada masa ke khalifahan Turki Usmani (1300-1925), yang melebarkan sayap kekuasaannya dengan cara invasi dan pemaksaan untuk mengakui kedaulatan Turki Utsmani. Invasi ini terus melebar hingga ke wilayah Eropa dan Asia. Kekhalifahan Turki Usmani menyerang negara manapun baik muslim maupun non muslim yang tidak mau tunduk dan memberi upeti pada mereka.

19. Pada masa kini, satu-satunya negara yang masih menganut sistem kerajaan nawasib adalah Kerajaan Saudi Arabia dengan mazhab yang dianut mereka adalah mazhab Wahabi, salah satu golongan dalam Islam yang diajarkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, yang mulai berkembang pada abad ke-18,  pada era kolonial Inggris di jazirah Arab.

20. Sepanjang sejarah Islam, Golongan Nawasib ini memiliki peran besar dalam perubahan sejarah Islam dengan cara penghancuran bukti-bukti sejarah baik dalam bentuk tulisan atau bangunan.

Situs pemakaman Baqi yang berlokasi di bagian belakang Masjid Nabi adalah kompleks pemakaman tertua yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw. Kompleks pemakaman ini adalah tempat dimakamkannya keluarga dan sahabat nabi. Sayangnya makam yang awalnya dibangun indah, pada tahun 1926 dihancurkan oleh gerakan wahabi, yang bekerja sama dengan kerajaan Saud. Penghancuran kompleks pemakaman Baqi ini adalah penghancuran terbesar dalam situs sejarah Islam.

Ditulis oleh : Sofia Abdullah

Catatan :

1. Sejarah mencatat peristiwa perusakan ka’bah yang terjadi 2x pada era bani Umayyah.

Sumber Buku dan Jurnal Penelitian :

1. Subhani, Ja’far, Sejarah Nabi Muhammad SAW = Ar Risalah; penerjemah, Muhammad Hasyim & Meth Kieraha ; penyunting, Tim Lentera, Cet.8, Lentera, 2009.

2. Fanani, Ahmad, Arsitektur Masjid, Yogyakarta, Bentang, Cetakan Pertama, 2009.

3. Al Husaini al hamid H. M. H, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad saw, Cet. XI 2006, Pustaka Hidayah.

4. Jafarian Rasul, Sejarah Islam, Sejak Wafat Nabi saw Hingga Runtuhnya Dinasti Bani Umayah, cet. 2, 2009, PT. Lentera Basritama.

5. Jafarian Rasul, sejarah Para Pemimpin Islam dari Gerakan Karbala Sampai Runtuhnya Bani Marwan, Cet. 1, 2010, Al Huda.

6. Jafariyan Rasul, Sejarah Para Pemimpin Islam Dari Imam Ali Sampai Monarki Muawiyah, Cet. 1, 2010, Al Huda

7. Jafariyan Rasul, Sejarah Para Pemimpin Islam Dari Abu Bakar Sampai Usman, Cet. 1, 2010, Al Huda.

8. Hijazi Ahmad Tariq, The Shiites and Al Aqsa Mosque, Committee For The Defence Of The Belief Of Ahlu Sunnah Palestine.

9. Osman. A Latif, Ringkasan Sejarah Islam, Cet .29, Widjaya, Jakarta  Amstrong. Karen, Sejarah Islam, Cet I, Mizan, 2014.

10. Al Hadad. Bin Thahir. Al Habib Alwi, Sejarah Masuknya Islam Di Timur Jauh, Cet.I, 2001, Lentera Baristama.

11. Sunyoto. Agus, Atlas Wali Songo, Cet.1, 2012, Pustaka Iman.

 12. C.I.E.MA.Arnold.TW, Preaching Of Islam : A History Of The Progation Of The Muslim Faith, 1913.

13. Aceh. Aboebakar.H.Dr.Prof, Sekitar Masuknya Islam Ke Indonesia, Cet.4,1985, Ramdhani.

14. Atjeh. Aboebakar.Dr.Prof, Sji’ah Rasionalisme Dalam Islam, Yayasan Penyelidikan Lembaga Islam.

 

Adab & Etika Berperang Rasulullah saw

Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya untuk menjadi umat yang beradab dan berakhlak mulia dalam berbagai situasi dan kondisi, bahkan saat perang sekalipun.

Pada masa Jahiliyah di Jazirah Arab dan sekitarnya, perang antar suku atau menyerang negeri lain untuk perebutan wilayah atau invasi serta perang karena perbedaan politik adalah hal yang sering terjadi. Pada masa-masa ini, para tawanan diperlakukan sangat tidak manusiawi, diantaranya, memenggal kepala dan menancapkannya di tombak sebagai tanda kemenangan dan mempermalukan lawan, memutilasi anggota tubuh lawan, memperbudak wanita dan anak-anak, serta perlakuan tidak manusiawi lainnya. Kondisi ini bukan hanya terjadi di Arab pada masa Jahiliyah, tapi juga di berbagai wilayah di dunia.

Ketika Rasul SAW datang membawa ajaran Islam, Rasul SAW mengajarkan bahwa perang dalam Islam adalah tindakan bela diri dan pertahanan terakhir dari musuh yang memerangi Islam. Islam ajaran Rasul SAW selalu memilih jalan damai, diantaranya melalui perjanjian yang tidak boleh merugikan salah satu pihak atau menguntungkan kedua belah pihak. Namun, bila peperangan tidak dapat dihindari dan tidak terjadi kesepakatan di antara 2 pihak yang berselisih, Rasul SAW mengajarkan adab dan etika ketika terjadi peperangan. Adab dan etika peraturan berperang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits.

Adab dan etika berperang yang diatur dalam Al-Qur’an, diantaranya adalah:

1. Umat muslim hanya dibolehkan membunuh, mengusir, dan memerangi umat kafir yang telah memerangi mereka terlebih dahulu dan dilarang melampaui batas. (QS. Al-Baqarah : 190)

2. Dilarang berperang di Masjidil  Haram kecuali pihak musuh telah memerangi terlebih dahulu ditempat tersebut. (QS. Al-Baqarah: 191)

3. Jika pihak musuh sudah berhenti memerangi dan tidak ada lagi kerusakan, maka diwajibkan untuk berhenti berperang. (QS. Al-Baqarah : 193)

4. Wajib melindungi orang-orang musyrik yang meminta perlindungan terhadap umat muslim. (QS. At-Taubah : 6)

5. Dilarang berperang di bulan-bulan Haram (Muharram, Rajab, Zulqaidah, dan Zulhijah) kecuali berperang karena membela diri. (QS. Al-Baqarah : 217)

6. Berperang hanya di jalan yang diperintahkan oleh Allah, yang artinya berperang hanya dibolehkan bila mengikuti aturan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya, bila aturan tersebut tidak diikuti maka tidak dibenarkan atau diharamkan berperang. (QS. Al-Baqarah : 244) dan banyak lagi.

Adab dan etika berperang dalam Al Hadits

Berikut beberapa peraturan dalam berperang yang harus dipatuhi oleh umat Muslim ketika berperang melawan musuh:

1. Dilarang melakukan pengkhianatan jika sudah terjadi kesepakatan damai.

2. Dilarang membunuh wanita dan anak-anak, kecuali mereka ikut berperang maka boleh diperangi.

3. Dilarang membunuh orang tua dan orang sakit.

4. Dilarang membunuh pekerja (orang upahan).

5. Dilarang mengganggu para biarawan dan tidak membunuh umat yang tengah beribadah.

6. Dilarang memutilasi mayat musuh.

7. Dilarang membakar pepohonan, merusak ladang atau kebun.

8. Dilarang membunuh ternak kecuali untuk dimakan.

9. Dilarang menghancurkan desa  atau kota.

10. Dilarang menghancurkan atau memasuki tempat Ibadah.

11. Dilarang membunuh kaum yang telah berada di dalam tempat ibadah.

Poin 7 sampai 11 adalah hadits tentang etika dan adab berperang yang diriwayatkan oleh banyak perawi diantaranya: Shahih Bukhari, H.R Ahmad dan Sunan Abu Dawud. Hadits-hadits ini adalah hadits penjabaran dari QS. Al-Qashas ayat 77 yaitu firman Allah SWT untuk tidak menghancurkan bangunan dan fasilitas umum.

Allah ﷻ berfirman:
“…dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”.

12. Nabi Muhammad juga telah mengeluarkan instruksi yang jelas untuk memberikan perawatan terhadap tawanan perang yang terluka.

13. Memastikan para tawanan diberi makanan dan minum agar tidak kelaparan dan kehausan.
Memastikan para tawanan diberi pakaian agar tidak kedinginan.

14. Tidak menjadikan tawanan sebagai ghanimah dan budak yang dapat dijual beli seperti umumnya tradisi Arab Jahiliyah.

Adab dan Etika dalam peperangan yang diajarkan Rasulullah SAW

Sejarah mencatat bagaimana umat Islam saat itu menangani tawanan pertama selepas Perang Badar pada 624 Masehi. Sebanyak 70 orang tawanan Makkah yang ditangkap dalam perang itu dibebaskan dengan tebusan, atau dibebaskan bila dapat mengajarkan baca tulis pada sepuluh muslim, atau di bebaskan tanpa tebusan, karena masuk dalam syarat dibebaskan menurut adab dan etika berperang seperti yang tertulis diatas.

Adab berperang ajaran Rasulullah SAW dan refleksi tragedi Muharram

Perang tidak boleh dilakukan hanya karena perbedaan politik, invasi, atau perluasan wilayah. Namun, setelah wafatnya Rasul SAW, satu persatu peraturan ini mulai di tinggalkan, hingga tak bersisa, dari mulai perang Jamal, perang Shiffin, hingga mencapai puncaknya pada 10 Muharram ketika cucu tercinta Rasul SAW, Imam Husein, keluarga dan sahabatnya diperangi, dibantai dan dimutilasi.

Tragedi Karbala adalah sejarah kelam Islam, yang menyayat kemanusiaan. Para musuh Allah SWT dan Rasul-Nya, tidak puas hanya dengan memutilasi cucu nabi tercinta al-Husein, keluarga dan sahabat beliau as, para wanita, anak-anak, dan Imam Ali Zainal Abidin yang sakit parah ditawan, diarak, dalam perjalanan panjang dari Karbala menuju Damaskus, dibiarkan kelaparan dan kehausan hingga beberapa wanita dan anak-anak meninggal dalam perjalanan. Peristiwa Muharram, pengorbanan Imam Husein adalah tabir pembuka antara yang haq dan bathil antara munafik dan mukmin karena jelas bukan hanya mereka membuang semua peraturan yang telah di tetapkan Allah SWT dan Rasul-Nya, namun jelas Yazid dan para pengikutnya adalah contoh kaum munafik yang kejam dan jelas-jelas memusuhi Rasul dan keluarganya. Apakah pantas para musuh Allah SWT ini dikatakan manusia?

Jelas mereka bukan hanya melanggar aturan Allah SWT dan Rasul-Nya tapi juga menghinakan keluarga Rasulullah SAW.. pertanyaannya, apakah pantas manusia-manusia durjana seperti mereka dikatakan muslim?? Bukan….apakah pantas mereka dikatakan manusia? Sebutan apa yang pantas bila ada golongan manusia yang telah mengetahui kisah tragedi karbala namun masih membela manusia-manusia durjana pembantai keluarga nabi?? Dan melabeli ‘sesat’ bagi mereka yang menolak melupakan peristiwa paling tragis dalam sejarah Islam??

Tragedi Karbala adalah pengorbanan abadi 72 syuhada Karbala yang seharusnya diingat oleh umat muslim, karena karbala mengajarkan seluruh umat manusia yang masih memiliki rasa kemanusiaan, sepanjang zaman, tentang arti keadilan dan kemanusiaan

Ditulis oleh : Sofia Abdullah

Keterangan & Buku-buku Referensi

Sumber Hadits poin 1-14

Hadits 1, 7, 8 = Al Muwatta
Hadits 2 = HR. Bukhari No 3015 dan Muslim No 1744
Hadits 3 = H.R Abu Dawud
Hadits 4 = Hanzhalah Al-Katib berkata, “Kami berperang bersama rasulullah ﷺ, lalu kami melewati seorang wanita yang terbunuh yang tengah dikerumuni oleh manusia. Mengetahui hal itu, rasulullah ﷺ bersabda: “Wanita ini tidak turut berperang di antara orang-orang yang berperang.” Kemudian dia berkata kepada seseorang, “Pergilah engkau menemui Khalid ibnul Walid, katakan kepadanya bahwa rasulullah ﷺ memerintahkanmu agar jangan sekali-kali engkau membunuh anak-anak dan pekerja/orang upahan.” (HR. Ibnu Majah no. 2842, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 701)
Hadits 7, 8, 9 = Sahih Bukhari, Sunan Abu Dawud
Hadits 9, 10, 11 = H.R Ahmad; “Dilarang membunuh para biarawan di biara-biara, dan tidak membunuh mereka yang tengah beribadah” hadits ini adalah hadits penjabaran dari Q.S Al Qashas ayat 77 yaitu firman Allah SWT untuk tidak menghancurkan bangunan dan fasilitas umum. Allah ﷻ berfirman:
“…dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”.
Hadits 14 : Hadits Riwayat Bukhari Dalam pertempuran Badar, Nabi Muhammad SAW juga tidak membiarkan para tawanan berpakaian lusuh. Nabi memerintahkan para sahabat untuk memberikan pakaian yang layak.  “Setelah Perang Badar, para tawanan perang dibawa, di antara mereka adalah Al-Abbas bin Abdul Muthalib. Dia tidak punya baju, jadi Nabi  mencari kemeja untuknya. Ternyata kemeja Abdullah bin Ubayy memiliki ukuran yang sama. Selanjutnya, Nabi (saw) memberikannya kepada Al-Abbas untuk dipakai,” HR Bukhari.

Sumber buku

1. Al Husaini al hamid H. M. H, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad saw, Cet. XI 2006, Pustaka Hidayah.

2. Jafarian Rasul, Sejarah Islam, Sejak Wafat Nabi saw Hingga Runtuhnya Dinasti Bani Umayah, cet. 2, 2009, PT. Lentera Basritama.

3. Subhani, Ja’far, Sejarah Nabi Muhammad SAW = Ar Risalah; penerjemah, Muhammad Hasyim & Meth Kieraha ; penyunting, Tim Lentera, Cet.8, Lentera, 2009.

4. Abazhah, Nizar, Dr,  Perang Muhammad, Dar al Fikr, Damascus, Syiria, cet.I, 2011

5. Armstrong, Karen, Muhammad Sang Nabi, Sebuah Biografi Kritis, Surabaya, Risalah Gusti, 2001

Mengapa Memperingati Asyuro bukan Hari Wafatnya Nabi saw?

Setiap masuk bulan Muharram dan Safar, selalu saja muncul pertanyaan seperti mengapa memperingati Asyuro bukan hari wafatnya Nabi saw? Menurut saya, pertanyaan seperti ini jelas berindikasi untuk memprovokasi kalangan muslim yang tidak terlalu mengenal sejarah Rasul saw, dengan cara mengedepankan perbedaan diantara setiap golongan sesama Islam.

Pertanyaan ini sangatlah tidak pantas, Apalagi bila pertanyaan ini diucapkan oleh seorang ustadz terkenal..

Pertanyaan yang benar seharusnya: Kenapa ada umat Islam yang tidak memperingati peristiwa Asyuro?? bahkan ironisnya, ada yang tidak tau dengan peristiwa ini yakni peristiwa tragedi paling kelam yang dialami keluarga nabi saw…

Setiap muslim dan muslimah di seluruh dunia seharusnya wajib mengenang dan memperingati peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah Islam. Setidaknya, peristiwa yang sangat penting seperti Maulid Nabi saw, peristiwa diangkatnya Nabi Muhammad saw menjadi Rasul, peristiwa Isra’ Mi’raj, hari ketibaan nabi di Madinah bersama keluarga dan sahabat, hingga peristiwa yang paling menyedihkan dalam sejarah Islam, yaitu wafatnya baginda Nabi Muhammad saw pada tanggal 28 Safar tahun ke 11 H atau sekitar 632 M.

Peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam jumlahnya sangat banyak, dan sebagai muslim wajib bagi kita untuk mengetahuinya.

Namun, dari berbagai peristiwa penting sejarah Rasul saw terdapat beberapa peristiwa yang paling penting. Kenapa dikatakan paling penting?

Dikatakan paling penting karena peristiwa besar ini memiliki pengaruh yang luas dalam kehidupan seluruh kaum. Pengaruh ini bahkan bukan hanya mempengaruhi kaum Muslim saja, tetapi peradaban manusia seluruhnya di dunia tanpa memandang agama, ras, dan kedudukan sosial.

Peristiwa apa sajakah itu?

  1. Peristiwa Kelahiran Rasul saw. Dengan kelahiran beliau saw, lahir pula agama Islam. Setiap orang yang mengaku dirinya muslim apapun mazhabnya wajib merayakan kelahiran beliau.
  2. Peristiwa hijrah Rasul saw yang didahului oleh peristiwa aqabah yaitu pengakuan kaum Yahudi dan Nasrani Yastrib bahwa nabi Muhammad saw adalah Juru Selamat yang akan menyatukan suku-suku yang selalu berperang di jazirah Arab, yang dengan pengakuan ini Rasul saw secara resmi diangkat sebagai pemimpin di Yastrib (Madinah).
  3. Peristiwa syahidnya cucunda Rasul terkasih Imam Husein as, keluarga dan sahabatnya di Karbala. Syahidnya Imam Husein as membuka seluruh sikap kemunafikan manusia saat itu yang mengaku Islam tapi membantai keluarga nabinya, merusak ajaran Islam yang damai yang diajarkan oleh Rasul saw dan membuat Islam baru versi mereka yang anarkis.

Mengapa peristiwa wafatnya Rasul saw tidak termasuk diantara ketiga peristiwa penting diatas?

Walaupun tidak masuk dalam kriteria diatas, peristiwa wafatnya Rasul saw tetap merupakan peristiwa paling penting dalam sejarah Islam dan merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan yang dialami oleh kaum Muslim saat itu bahkan hingga kini.

Bagi kaum Muslim di Indonesia, peristiwa wafatnya Rasul saw telah diperingati sejak ratusan tahun yang lalu, hingga menjadi tradisi adanya larangan mengadakan pesta syukuran/hajatan pada setiap bulan Muharram (Syuro) dan safar karena 2 bulan ini adalah bulan kesedihan bagi kaum Muslim.

Kenapa harus diperingati ?

Kata ‘peringatan’ adalah usaha untuk mengingat kembali suatu peristiwa yang mempengaruhi kehidupan, baik itu berupa peristiwa sedih atau gembira.

Tujuan peringatan dalam peristiwa-peristiwa besar sejarah Islam adalah agar kita manusia yang mudah lupa belajar kembali, mengingat kembali kecintaan Rasul saw kepada kita umat Islam. Dengan mengingat dan mempelajari kembali sejarah Rasul saw, niscaya akan menambah cinta kita kepada Rasul saw dan keluarganya.

Kecintaan Rasul saw kepada umat Islam menembus batas ruang dan waktu, hingga pada nafas terakhirnya pun beliau saw masih memikirkan umatnya. Kecintaan Rasul saw yang demikian besar kepada umat muslim beliau turunkan kepada ahlulbait beliau saw.

Manifestasi kecintaan ini juga telah menyebabkan Imam Husein as rela mengorbankan diri dan keluarganya agar ajaran Islam kakeknya, Muhammad saw, tetap hidup, dan menyadarkan manusia saat itu, bahkan hingga kini, bahwa ajaran Islam yang sejati telah dirusak manusia-manusia gila kuasa.

Rasul saw mengajarkan adab memperlakukan tawanan pada saat perang, diantaranya tidak merantai kaki dan tangan terutama pada wanita dan anak-anak. Namun apa yang terjadi dengan para wanita dan anak-anak keluarga rasul saw dan sahabat Imam Husein ketika menjadi tawanan pasukan Yazid?? Kaki dan tangan mereka di rantai, di biarkan kehausan, kelaparan dan berjalan tanpa alas kaki dari Karbala hingga Istana Yazid laknatullah di Damaskus. Perjalanan ini menewaskan beberapa wanita dan anak-anak yang masih di bawah umur, masih adakah umat Islam yang mampu mengatakan bahwa ini bukan perbuatan kaum munafik??

Namun anehnya, ada satu golongan dalam Islam yang sangat anti peringatan sejarah Islam. Golongan ini meracuni pikiran anak-anak muda dengan mengatakan peringatan-peringatan sejarah Islam ini haram, hanya dengan menunjukkan dalil hadits yang tidak jelas kedudukan hukumnya.
Hingga akhirnya, sejarah dibalik, dua bulan kesedihan ini semakin lama semakin terlupakan, terutama dikalangan generasi muda yang hidup di perkotaan.

Kenapa Asyuro bukan peringatan wafatnya Rasul ?

Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya, pertanyaan ini jelas berindikasi memprovokasi perbedaan diantara golongan muslim, karena pertanyaan ini dibuat oleh mereka yang mengaku Islam tapi ANTI peringatan sejarah Islam.

Peristiwa wafatnya Rasul saw memang tidak diperingati sebesar peristiwa Asyuro, kenapa? Karena terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai peristiwa sejarah terkait peristiwa wafatnya Rasul saw ini.

Ulama dan kaum Muslim di Indonesia pada masa lalu menyikapi perbedaan ini dengan Saling menghormati karena tiap-tiap golongan yang berbeda pendapat memiliki argumennya masing-masing.

Seharusnya kita sebagai generasi muda muslim menyikapi perbedaan ini seperti para pendahulu kita, bukan saling menghujat, dan merasa golongannya paling benar.

Berbeda dengan peristiwa wafatnya Rasul saw, terlepas dari perbedaan sejarah yang ada dalam peristiwa wafatnya Rasul saw, kita semua sepakat bahwa pada hari wafatnya Rasul saw, tidak ada satu manusia pun yang dapat mengetahui mana yang muslim mana yang munafik.

Pada hari wafatnya Rasul saw, semua manusia bersedih, hanya Allah SWT yang mengetahui mana yang benar bersedih dan mana yang tidak…

Walaupun ada puluhan ayat dalam Al Qur’an yang berkisah tentang orang2 yang berpaling dari Islam setelah wafatnya Rasul saw, tetap saja sebagai muslim kita dilarang berprasangka kepada sesama muslim dan mengatakan suatu kelompok munafik atau kafir sampai ditemukan bukti-bukti yang nyata.

Lain hal-nya dengan peristiwa Asyura, Hikmah terbesar dari pengorbanan Imam Husein dan keluarga nabi saw serta sahabat setia Imam Husein yang syahid pada tragedi Asyura yang terjadi pada tanggal 10 Muharram di tanah Karbala, telah membuka kedok-kedok kemunafikan..

Bagaimana mungkin masih ada orang yang meyakini para pembantai Imam Husein, keluarga dan sahabatnya adalah bukan orang-orang munafik?

Muslim seperti apa yang mampu membantai cucu nabinya sendiri? Jelas mereka adalah kaum munafik yang disebut dalam Al Qur’an…mereka yang berpura pura beriman demi ambisi menjadi penguasa.

Syahidnya Imam Husein telah membuka mata kaum Muslim saat itu bahwa Islam ajaran Rasul saw telah dirusak oleh manusia-manusia durjana yang gila kuasa.

Syahidnya Imam Husein seharusnya membuka mata kita sebagai umat Islam, tentang tragedi yang menimpa keluarga nabi saw.

Syahidnya Imam Husein seharusnya menjadi pemicu kita untuk lebih mempelajari seberapa jauh kita mengenal manusia-manusia yang paling dikasihi Nabi saw? Yang telah mengorbankan jiwa raganya demi tegaknya kembali Islam ajaran Rasul saw.

Peringatan Asyuro seharusnya menjadi pemicu kita untuk membela yang benar, apapun resikonya. Bukan malah sebaliknya, menyebarkan fitnah kepada sesama muslim, padahal Rasul saw berkata sesama muslim adalah saudara.

Pada setiap masa, manusia-manusia munafik seperti Yazid bin Muawiyyah bin Abu sufyan dan para pengikutnya, selalu ada.
Mereka merusak ajaran Islam yang diajarkan Rasul saw dengan sikap mereka yang tidak Islami, mereka meneriakkan yel-yel Islam tapi sikap mereka keluar dari ajaran Islam.

Peristiwa Asyura harusnya menjadi pengingat bagi semua umat di dunia terutama kaum Muslim, bahwa Islam sejati ajaran Rasul saw datang dengan damai bukan dengan menyerang golongan yang berbeda dengan kita, hanya karena perbedaan pendapat.

Bila kita membuka buku sejarah Islam, jelas dikisahkan dalam peristiwa aqabah 1, 2 dan 3 bagaimana Rasul saw melindungi kaum Yahudi dan Nasrani selama mereka bersikap damai dan tidak menyerang kaum Muslim.
Rasul juga mengajarkan untuk tidak merusak tanaman dan hewan serta mengharuskan berlaku baik terhadap tawanan, bahkan bila ada tawanan yang dapat mengajarkan baca tulis kepada 10 orang muslim, tawanan tersebut akan dibebaskan. Ajaran Rasul saw tentang bagaimana memperlakukan tawanan berbanding terbalik dengan sekelompok kaum radikal yang mengaku muslim dengan main penggal sambil mengucapkan takbir!

Bila kita melihat ‘Islam-Islam’ seperti ini dan kita mengetahui sejarah Asyura, kita akan langsung dapat mengatakan bahwa mereka BUKAN Islam, karena ajaran Islam adalah damai, bukan saling mengafirkan sesama Islam, main penggal seenaknya, melakukan aksi kekerasan kepada kelompok yang berbeda dengan kelompoknya dan sikap-sikap lain yang bertentangan dengan ajaran Islam sejati.

Pengorbanan Imam Husein, keluarga dan para sahabat setia beliau seharusnya menjadi pemicu kita untuk lebih mengenal ajaran Islam, Islam yang Rahmatan lil alamin, Islam yang seharusnya menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Assalamu ala’l Husein wa alâ Ali ibnul Husein, wa alâ auladil Husein wa alâ ashabil Husein
Salam bagimu wahai Husein, dan Salam kami pada putramu Ali bin Husein, Salam kami kepada putra-putra mu dan juga kepada para sahabatmu ya Husein.

Renungan Muharram & Safar, bulan duka umat muslim.

Oleh Sofia Abdullah

Nabi & Rasul: pengertian, Jumlah, Tugas, Ciri & Sifatnya

Oleh : Sofia Abdullah

Arti Nabi dan Rasul

Kata “nabi” berasal dari kata ‘an-Naba’ yang artinya berita, kabar atau penjelasan, kata nabi artinya orang yg memberi penjelasan atau keterangan.

Dalam Al-Qur’an Allah Swt banyak berfirman tentang nabi dan rasul, Seperti Firman Allah St dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah (2) ayat 213 berikut:                                         
Manusia itu (dahulunya) adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Q.S. 02 : 213)

Dalam Al-Qur’an dan Hadits juga disebutkan arti nabi dan rasul, yaitu manusia-manusia pilihan yang diutus Allah Swt, dengan cara mendapatkan wahyu melalui perantara para malaikat untuk memberikan petunjuk/berita/kabar/peringatan kepada manusia tentang Tuhan yang satu, adanya kehidupan abadi setelah kematian dan jalan kebaikan bagi dirinya dan kehidupan di sekitarnya.

Nabi dan rasul memiliki kedudukan tinggi dan berasal dari keluarga terpilih pada masanya. Setiap nabi dan rasul bukan hanya berasal dari keluarga yang berpengaruh, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia, pengetahuan yang luas, dan kesempurnaan fisik. Ciri inilah yang menjadikan tokoh nabi dan rasul mudah dikenal di antara kaumnya atau di luar lingkungannya.

Jumlah nabi dan Rasul Serta Tugasnya

Nabi dan rasul jumlahnya sangat banyak, ada yang meriwayatkan 124 ribu, 125 ribu, dan sebagainya. Hadits-hadits shohih dan mutawatir banyak yang menjelaskan tentang jumlah nabi dan rasul, baik dari jalur perawi Ahlulbait atau dari jalur sahabat, di antara hadits yang shohih dan mutawatir tentang jumlah nabi adalah hadits Abu Dzar ra dan dari jalur sanad imam Ja’far Ash-Shodiq as yang menjelaskan nabi berjumlah 124.000 orang, 313 di antaranya terpilih sebagai rasul, namun yang wajib diketahui ada 25 nabi dan Rasul. Setiap rasul pasti seorang nabi, namun setiap nabi belum tentu seorang rasul.

Tugas utama para nabi dan rasul adalah mengingatkan manusia untuk menyembah hanya kepada Allah SWT, Tuhan yang Satu, pencipta alam semesta dan isinya. Memberi peringatan kepada manusia tentang kematian dan kehidupan setelah kematian. Mengajarkan  segala kebaikan bagi manusia untuk kehidupan di dunia dan di akhirat, memberi peringatan kepada manusia tentang balasan bagi setiap perbuatan. Nabi dan rasul adalah pemberi peringatan dan kabar gembira kepada umat manusia. Kabar gembira tentang surga yang akan diraih bila manusia selama hidupnya berbuat baik dan peringatan tentang neraka bagi manusia yang selama hidupnya berbuat keburukan bagi dirinya atau manusia lain.

Di antara para nabi dan rasul yang diutus, terdapat tingkat kedudukan dan ketinggian derajat yang berbeda. Semakin sulit umat yang dihadapi, semakin Allah SWT memberikan kedudukan yang lebih tinggi, seperti kedudukan Rasul Saw, yang memiliki kedudukan sebagai pemimpin para nabi dan rasul karena umat pada zaman Rasul Saw adalah umat yang paling jahiliyyah (susah menerima kebenaran) di antara umat para nabi dan rasul sebelumnya.

Setiap nabi dan rasul ketika akan wafat menunjuk seorang Washi atau pengganti beliau yang akan melanjutkan tugasnya menunjukkan jalan yang benar kepada umat, contoh: Nabi Adam as menunjuk Nabi Syis as di antara anak dan keturunannya untuk menjadi washi, Nabi Musa as menunjuk Yusya bin Nun (Yoshua) sebagai washi beliau as, nabi Isa menunjuk 12 orang murid setianya sebagai wasi beliau, nabi Muhammad Saw menunjuk Imam Ali kw sebagai washi beliau saw. (Hadits dari Imam Ahlulbait as)

Sebelum wafat, Nabi Musa as menunjuk Yusya bin Nun (Yoshua) sebagai wasi’nya atau penerus beliau. Seorang wasi atau wakil adalah mereka yang dipilih oleh para nabi untuk meneruskan tugasnya syiar kepada umat sebelum sang nabi atau rasul wafat. Sebelum nabi Muhammad saw kedudukan orang yang ditunjuk sebagai wasi’ bisa dari kalangan nabi atau manusia biasa. Wasi’ dari kalangan manusia biasa yang memiliki ilmu setingkat dengan nabi diantaranya Ashif bin Barkiyya, wasi’ nabi Daud as. 12 orang murid nabi Isa, dan wasi dari Rasullullah saw; Imam Ali bin Abi Thalib yang gelarnya adalah sayyidul wasiyyin (pemimpin para wasi’) karena Imam Ali bin Abi Thalib mendapatkan ilmu langsung dari Rasulullah saw yang gelarnya pemimpin para nabi dan rasul (Sayyidul anbiya wal mursalin)
Ilustrasi penunjukan nabi Yusuf as sebagai wasi’ dan nabi setelah ayah beliau nabi Ya’qub as (Jacob). Penunjukan wasi’ adalah perintah dari Allah SWT kepada nabi dan rasul. Penunjukan ini dilakukan dengan berbagai cara, dari mulai dengan memberi Isyarat hingga di umumkan secara luas. Contoh penunjukkan wasi’ dengan isyarat adalah pemberian jubah kenabian dari nabi Ya’qub as kepada nabi Yusuf as yang membuat putra-putra nabi Ya’qub yang lain hasad dan membuang nabi Yusuf as yang masih kecil ke dalam sumur.

Perbedaan Nabi dan Rasul

Nabi dan rasul memiliki beberapa perbedaan, di antaranya:                        

1. Cakupan luas wilayah dan banyaknya kaum tempat para nabi dan rasul diutus.

Nabi diutus hanya untuk kaumnya, di manapun kaum tersebut berada. Contoh: kisah Nabi Hud as dan Nabi Saleh as yang diutus untuk memberikan pencerahan kepada kaum Tsamud dan kaum A’ad yang tidak lain adalah leluhur mereka sendiri (al-a’raaf :73). Sementara, rasul diutus ke berbagai wilayah di dunia dan ke berbagai kaum.

Contoh rasul yang cukup dikenal hingga kisahnya ada pada tiap peradaban, di antaranya kisah Nabi Nuh as dengan banjirnya yang mendunia. Kisah Nabi Nuh as bukan hanya dikenal oleh agama-agama samawi, tetapi juga dikenal di berbagai peradaban kuno yang masih ada hingga saat ini atau sudah punah. Tokoh Nabi Nuh as dan banjir besar yang melanda dunia dikenal dengan berbagai nama, namun bisa diketahui dari benang merah kesamaan kisah; juru selamat yang menyelamatkan manusia dari banjir besar dengan kapal atau lainnya dan kelahiran kembali umat manusia.

Nabi Nuh as dengan peristiwa banjir besarnya yang dikenal di berbagai perdaban, bukan hanya dalam agama-agama samawi tapi juga dalam berbagai peradaban dunia. Fakta menyebarnya kisah nabi Nuh as dengan berbagai variasi kisahnya menandakan nabi Nuh as adalah nabi dan rasul.

Kisah Nabi Ibrahim as yang gelarnya bapak para nabi, Nabi Isa as, dan nabi dan rasul penutup Muhammad Saw yang petunjuk kedatangannya terdapat dalam berbagai kitab terdahulu, baik bagi mereka yang meyakini atau tidak.

2. Kitab & shuhuf (lembaran)  

Kitab adalah lembaran-lembaran yang berisi wahyu Allah SWT kepada para nabi dan rasul yang sudah disatukan dalam bentuk buku, sementara suhuf kumpulan wahyu Allah SWT dalam bentuk lembaran lembaran.

Setiap nabi dan rasul memiliki peraturan berupa perintah dan larangan Allah Swt yang tertulis, baik dalam bentuk kitab atau lembaran. Perbedaannya, nabi tidak memiliki kitab dan shuhuf sendiri, kitab dan lembaran ini ditulis oleh nabi dan rasul sebelumnya atau kitab yang khusus diberikan kepada rasul tertentu pada masanya, seperti kitab Taurat, Zabur, Injil, dan kitab lainnya. Para nabi kemudian menyalin kitab-kitab dan suhuf ini kepada kaumnya dengan bahasa dan tulisan yang dimengerti kaumnya.

Sebelum Al-Qur’an, para nabi dan rasul menulis kitab dengan bahasa kaumnya. Setelah Al-Qur’an, firman Allah Swt ditulis dengan huruf Arab untuk ke berbagai kaum dan umat, tujuannya untuk mempersatukan umat Islam di seluruh dunia dan mengurangi perselisihan di antara umat. Al-Qur’an dalam bahasa Arab ini kemudian diterjemahkan dalam berbagai bahasa agar dapat dipahami.

Nabi, rasul dan kaitannya dengan tokoh-tokoh peradaban dunia

Kisah para nabi dan rasul bisa kita pelajari dari berbagai buku. Semakin derasnya arus informasi, kita dapat dengan mudah mempelajari bukan hanya kisah nabi dan rasul dalam Islam, tetapi juga membandingkan dengan kisah tokoh-tokoh dan ajaran agama lain, dengan syarat sebagai seorang Muslim kita harus mengetahui dan mengenal ajaran para nabi dan rasul terdahulu sebelum mempelajari yang lain.

Dalam Al-Qur’an terdapat 25 nabi yang wajib diketahui, kenapa dari 124 ribu nabi hanya 25 nabi yang wajib diketahui? Karena 25 nabi ini adalah penghubung ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Saw dengan agama dan kepercayaan lain. Walaupun para tokoh agama dan kepercayaan ini pada saat ini dikenal dengan nama dan ajaran yang berbeda, namun memiliki benang merah ajaran kisah yang kurang lebih sama, contoh: kisah Nabi Adam as, Idris as, Nuh as, Ibrahim as, Yusuf as, Musa as, Sulaiman ad, Isa as sampai Nabi Muhammad saw memiliki kaitan dengan kisah-kisah nabi terdahulu.

Di antara tugas utama para nabi dan rasul adalah memberikan informasi tentang nabi dan rasul sebelum dan setelah mereka dari mulai dunia diciptakan hingga berakhirnya dunia (kiamat). Berita tentang nabi dan rasul sebelum mereka dan nabi dan rasul yang akan menggantikan tugas mereka berikutnya disampaikan dalam bahasa kaum dimana nabi dan rasul tersebut diutus, dengan nama dan bahasa yang disesuaikan dengan bahasa kaumnya.

Inilah juga yang menyebabkan adanya kisah-kisah tokoh agama yang hampir sama di antara berbagai kepercayaan yang ada hingga saat ini, contohnya: kisah Nabi Idris as. Dalam ajaran Islam beliau adalah nabi pertama yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan ilmu menjahit kain hingga menjadi bentuk pakaian seperti yang ada saat ini. Nabi Idris as juga dikenal dengan perjalanannya ke neraka dan surga. Nabi Idris as, dikenal dengan banyak nama, selain Idris as, beliau dikenal juga dengan nama Hurmus. Dalam tradisi Eropa kuno nabi Idris/Hurmus dikenal dengan nama dewa Hermes, dalam tradisi Mesir Kuno dikenal dengan nama Osiris.

Dalam mitologi Yunani nabi Idris dikenal sebagai dewa Hermes yang mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan. Dalam ajaran Islam nabi Idris bukan hanya mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan tapi juga manusia pertama yang mengajarkan ilmu menjahit pakaian. Sebelum masa nabi Idris,  manusia berpakaian hanya dengan 2 atau 1 lembar kulit atau kain yang ditenun, setelah masa nabi Idris manusia mulai mengenal pakaian yang di jahit.
Ilustrasi nabi Idris as membawa para pengikutnya hijrah ke Mesir dan membangun peradaban manusia pertama di Mesir. Sebagai manusia yang pertama kali membangun peradaban di Mesir, penduduk Mesir generasi berikutnya mengenal tokoh nabi Idris as sebagai dewa Osiris.

Nabi Nuh as dengan peristiwa banjirnya yang mendunia dan perahu besarnya yang menyelamatkan sebagian kecil manusia, dan mereka yang selamat menjadi nenek moyang manusia yang ada di dunia saat ini (penciptaan kembali manusia). Kisah nabi Nuh as dalam kitab-kitab agama wahyu atau agama Abrahamik memiliki kisah yang kurang lebih sama. Namun kisah tokoh yang menyerupai kisah Nuh as, terdapat juga dalam berbagai tradisi agama dan peradaban dunia. Kisah banjir dan penyelamatan umat manusia ini pun dikisahkan dalam berbagai variasi kisahnya, namun memiliki benang merah kisah yang sama: sebagian besar manusia berbuat kerusakan, peristiwa banjir besar, terdapat tokoh yang menyelamatkan sebagian kecil manusia, yang terdiri dari keluarga dan pengikut sang tokoh, selamat dengan perantara kapal, penciptaan kembali umat manusia.

Dalam tradisi Cina, kisah ini dikenal dengan kisah dewi Nuwa, di India dikenal dengan kisah Manu dan Matsya, tradisi Inca mengenal peristiwa banjir yang disebut Unu Pachakuti yang terjadi karena mayoritas manusia berbuat kerusakan. Agama Majusi mengenal tokoh bernama Yima yang diperintahkan membuat sejenis kapal besar karena akan datang banjir besar yang akan memusnahkan manusia, dan sebagainya, untuk lebih lengkapnya bisa di baca di https://en.m.wikipedia.org/wiki/List_of_flood_myths.

Dalam agama Hindu, kisah banjir besar dan penciptaan kembali (regenerasi) manusia seperti dalam kisah Nabi Nùh as di kenal dengan kisah Manu & Matsya. Manu adalah tokoh yang menurunkan manusia saat ini. Manu diselamatkan oleh Matsya dari banjir besar melalui perantara kapal. Matsya adalah penjelmaan dewa Wisnu yang berwujud manusia setengah ikan. Kata ‘Manusia’ berasal dari kata ‘Manu’ dan ‘Sya’ yang di ambil dari nama tokoh Manu yang menjadi leluhur manusia saat ini dan Matsya, yang dengan pertolongannya tokoh Manu selamat dari banjir besar.

Kisah Nabi Yunus bin Matta as yang meninggalkan kaumnya, kemudian ditelan ikan paus juga tersebar di berbagai peradaban besar dunia dengan namanya masing-masing, namun memiliki benang merah kisah yang kurang lebih sama. Dalam agama Samawi dikenal dengan nama Jonah, dalam mitologi Yunani dan Romawi dikenal dengan nama Jonas atau Jason yang pergi meninggalkan kaumnya, terjadi badai, sang tokoh di telan monster laut, selamat dan kembali pada kaumnya.

Dalam ajaran agama Abrahamik, Nabi Yunus atau Jonah adalah nabi yang diutus Allah SWT ke wilayah Nainawa atau Nineveh (sekarang wilayah Iraq). Nabi Yunus as meninggalkan kaumnya karena menolak menyembah Allah SWT. Sebagai seorang manusia tindakan nabi Yunus tidak salah, namun sebagai seorang nabi beliau melakukan kesalahan karena kurang bersabar menghadapi kaumnya. Allah SWT kemudian memberinya peringatan dengan mendatangkan badai pada kapal yang di naiki beliau, dan berdasarkan tradisi pada masa itu, agar perahu berjalan normal kembali harus mengorbankan salah satu penumpang. Setelah dilakukan pengundian sebanyak 3 kali nabi Yunus tetap terpilih sebagai penumpang yang di korbankan. Setelah melompat kedalam air, nabi Yunus kemudian masuk kedalam perut ikan paus dan atas rahmat Allah SWT, nabi Yunus tetap hidup hingga akhirnya kembali pada kaumnya yang telah bertaubat setelah kepergian Nabi Yunus as.

Kisah Nabi Isa as/Yesus, Sang juru selamat, putra yang lahir dari seorang perawan suci, menyerupai kisah tokoh-tokoh agama atau dewa di Eropa dan Asia Barat, di antaranya: Attis (wilayah Turki dan sekitarnya), Adonis (Syria), dewa Mithra (Persia & India kuno). Adanya kisah-kisah yang serupa ini, dalam ajaran Islam disebutkan terjadi karena ķemampuan nabi dan rasul melihat kehidupan nabi dan rasul yang diutus sebelumnya dan yang akan di utus setelah mereka, kemampuan ini disebut dengan Nubuwwah. Nubuwwah ini disampaikan para nabi dengan bahasa kaumnya atau bahasa yang dimengerti dimana pun nabi atau rasul tersebut diutus.

Diantara kisah nabi yang memiliki kesamaan dengan kisah mitologi dewa adalah kisah Nabi Isa as atau Yesus Kristus dengan dewa Mithra yang sama-sama lahir dari seorang perawan suci, pada tanggal 25 Desember, memiliki 12 orang murid dan sebagainya. Kesamaan ini dalam ajaran Islam bukanlah suatu kebetulan atau duplikasi dari kisah mitologi, seperti yang dikatakan oleh kaum Atheis. Kesamaan ini ada karena dewa Mitra adalah nubuwwah atau berita masa depan dari nabi sebelum nabi Isa tentang nabi Isa as.

Ada pula kisah para nabi yang disebutkan dalam hadits-hadits Rasul Saw, seperti kisah Syam’un atau Samson yang memiliki badan kuat, Nabi Daniyal atau Daniel, Nabi Hizkil atau dalam agama Kristen Yehezkiel, Nabi Uzair, dan sebagainya. Ada pula kisah nabi dan rasul yang diketahui karena kisah hidup dan ajarannya, seperti kisah Gautama atau Sidharta Budha Gautama, Sang Krishna Dwipayana, Zuruthustra, dan sebagainya. Ketiga tokoh ini memiliki ciri nabi dan rasul seperti yang kami jelaskan di atas, manusia pilihan yang disucikan dalam ajaran agama dan kepercayaan yang masih ada hingga saat ini. Dari ciri mereka yang kami pelajari besar kemungkinan mereka adalah 3 di antara 124 ribu nabi dan rasul yang diutus Allah SWT.

Kesamaan ini dalam ajaran Islam bisa di fahami, bila kita sebagai Muslim mempelajari salah satu tugas utama diutusnya nabi dan rasul, yaitu memberi kabar tentang nabi dan rasul sebelum dan setelahnya. Berita ini kemudian mengalami perubahan kisah dengan berjalannya waktu, yang tertinggal hanya benang merah kisahnya saja, yang memiliki kesamaan antara kisah tokoh yang satu dengan lainnya.

Ciri Fisik dan Sifat Nabi dan Rasul

  1. Nabi dan rasul adalah manusia pilihan yang memiliki fisik yang sempurna, ciri fisik para nabi dan rasul di antaranya memiliki wajah yang bercahaya, tampan, paling tampan di antara kaumnya (Nabi), paling tampan di seluruh jagad raya (Rasul).
  2. Nabi dan rasul menguasai seluruh bahasa manusia, bahkan manusia yang tinggal di pedalaman sekalipun. Karena nabi dan rasul dalam melakukan syiar menggunakan bahasa kaumnya. (QS 14:4)
  3. Dalam berbagai riwayat, sebagian nabi dan rasul dikisahkan dapat mengerti bahasa binatang (QS 27:16) khusus untuk Rasulullah Saw, sebagai pemimpin para nabi dan rasul, diriwayatkan dapat berbicara dengan pohon.
  4. Memiliki mukjizat yang disesuaikan dengan era zaman dan kaum pada saat nabi dan rasul tersebut diutus. Mukjizat adalah ilmu tertinggi pada zamannya. Contoh: pada zaman Rasul Saw, ilmu yang dianggap paling bergengsi saat itu adalah ilmu syair dan perdagangan, dan Rasul Saw menguasai keduanya dengan sempurna. Pada masa Nabi Yusuf as kedudukan seorang dianggap mulia dan terhormat bila memiliki penampilan fisik yang sempurna, dan Allah mengutus Nabi Yusuf as dengan kesempurnaan penampilan fisik. Pada masa Nabi Musa as, manusia dengan ilmu tertinggi adalah mereka yang menguasai ilmu sihir dan dengan mukjizat dari Allah Swt, Nabi Musa as mengalahkan ahli sihir terkuat pada zamannya, begitu pula nabi-nabi yang lain.
  5. Dari keturunan terbaik. Setiap nabi adalah keturunan dari manusia-manusia terbaik pilihan.
  6. Berjalan di bawah naungan awan.
  7. Lahir dalam kondisi sudah disunat dan kelahirannya sudah dikabarkan oleh nabi dan rasul sebelumnya
  8. Memiliki akhlak termulia dan kesabaran tertinggi di antara kaumnya (nabi), umatnya (rasul)
  9. Nabi dan rasul adalah manusia paling pandai dalam segala bidang keilmuan. Dengan ilmunya ini, para nabi dan rasul mengajarkan manusia berbagai ilmu yang diperlukan dalam kehidupannya dan menjelaskan segala yang tidak diketahui.
  10. Para nabi dan rasul adalah manusia maksum, yaitu manusia yang diberi anugerah untuk tidak melakukan kesalahan dan dosa yang umumnya dilakukan manusia biasa. Kemaksuman para nabi diberikan oleh Allah Swt karena beratnya tugas seorang nabi dan rasul. (Adam hingga Isa hal. 41-69)
  11. Setiap nabi dan Rasul mengajarkan keyakinan yang sama seperti yang diajarkan oleh nabi sebelumnya, baik yang tertulis dalam kitab ataupun shuhuf (Lembaran). Adanya kesamaan ajaran ini bisa dilihat dari benang merah ajaran dan tuntunan dalam kitab-kitab agama-agama besar di dunia.

Penutup

Menurut ajaran Islam, mengacu pada Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 213 di atas,  berbagai agama dan kepercayaan yang ada pada saat ini, awalnya adalah ajaran para nabi dan Rasul di atas, yang mengajarkan 3 landasan utama: 

  1. Adanya Tuhan yang satu penguasa alam semesta (tauhid).
  2. Adanya kehidupan abadi setelah kematian
  3. Adanya balasan/karma atas perbuatan mereka di dunia.

Karena 3 landasan inilah ajaran para nabi dan rasul identik dengan akhlak mulia, perbuatan baik kepada diri sendiri dan sesama makhluk, memelihara keseimbangan alam semesta melalui ilmu pengetahuan yang bermanfaat agar tidak terjadi kerusakan alam yang merugikan manusia sendiri.

Dalam ajaran Islam, berjalannya waktu, sebagian besar ajaran para nabi ini mulai mengalami perubahan (distorsi) karena berbagai sebab, di antaranya perselisihan di antara umat hingga ajaran agama yang awalnya satu menjadi berbagai agama dan aliran kepercayaan yang ada hingga saat ini, Seperti kisah Zurutustra yang penganutnya kemudian menjadi agama Majusi/Zoroaster, pengikut Nabi Isa as yang terpecah menjadi Islam dan Kristen. Dalam ajaran Islam, mereka adalah para nabi dan rasul, baik yang tersebut dalam Al-Qur’an, hadits atau yang hanya dikenal melalui ciri-cirinya saja. Bukan hanya ajaran, kedudukan para tokoh nabi ini juga kemudian mengalami distorsi atau perubahan kisah hidup.

124 ribu nabi ini kemudian dikenal dengan berbagai gelar dan kedudukannya, diantaranya ada yang lebih di kenal karena kedudukannya sebagai raja atau putra raja yang mulia dan alim seperti tokoh nabi Daud (King David), nabi Sulaiman (King Solomon), Sang Siddharta Budha Gautama, Alexander The Great (ajaran Islam menyebut beliau Iskandar Dzulqarnain). Menjadi tokoh “anak tuhan” seperti : Nabi Isa as, Nabi Uzair as. Menjadi tokoh leluhur yang di puja seperti : Krisna, Sang Hyang Manikmaya/Batara Guru. Menjadi tokoh dewa Yunani, Romawi, seperti kisah Nabi Idris, yang dikenal pula dengan dewa Osiris di Mesir, dewa Hermes di Yunani dan Hurmus peradaban kuno Mesopotamia (sekarang wilayah Iraq dan sekitarnya), kisah nabi Nuh yang di kenal pula dengan nama Manu di India, Nuwa di China, Nu’u di Hawai, kisah nabi Yunus bin Matta yang di kenal sebagai dewa Jonas, dan sebagainya.

Dalam ajaran Islam, mereka adalah para nabi dan rasul, baik yang tersebut dalam Al-Qur’an, hadits atau yang hanya dikenal melalui ciri-cirinya saja.

Ketika Rasulullah Saw diutus sebagai nabi dan rasul yang terakhir, beliau Saw berusaha menyatukan perbedaan-perbedaan diantara umat terdahulu, dengan memberikan pilihan, bukan dengan memaksa atau memerangi. Di antara umat terdahulu, baik yang beragama Yahudi, nasrani atau kaum pagan Mekkah, ada yang menerima kemudian menjadi Muslim dan ada pula yang tidak menerima. Di antara yang tidak menerima ada yang memerangi Rasul Saw, namun ada pula yang memilih berdamai bahkan bersahabat, seperti persahabatan Rasul Saw dengan Raja Najashi (Ethiopia) dan Raja Muqawqis (Mesir) yang beragama Kristen.

Rasul Saw adalah wujud kesempurnaan akhlak. Terkait dengan perbedaan agama dan keyakinan, Rasul Saw tidak akan pernah memerangi satu kaum hanya karena berbeda keyakinan. Peperangan yang terjadi pada masa Rasul saw adalah untuk pertahanan atau bela diri. Peperangan ini tidak terjadi bila kaum Muslim tidak diperangi terlebih dahulu.

Mengetahui ciri nabi dan rasul, menjadikan kita kaum Muslim seharusnya bersikap lebih toleran dan lebih menghormati agama lain, seperti yang dicontohkan oleh Rasul Saw,  bukan justru bersikap sebaliknya, karena beragama itu adalah pilihan bukan paksaan. Dengan mengetahui ciri fisik, sifat, dan tugas nabi, sebagai Muslim kita juga dapat mengetahui siapa pun tokoh dewa, ‘anak Tuhan’, tokoh leluhur yang dipuja yang diyakini dari beragam keyakinan, besar kemungkinan mereka adalah tokoh nabi atau rasul atau para washi (pengemban wasiat atau penerus ajaran para nabi dan rasul) yang kemudian disembah sebagai Tuhan Semesta Alam.

Perubahan inilah yang disebut sebagai pergeseran ajaran karena terjadi perselisihan di antara penganut ajarannya. Perselisihan dan perbedaan pendapat ini kemudian menjadi agama-agama dan kepercayaan yang ada hingga saat ini. 

Menghadapi perbedaan ini, Rasulullullah Saw mencontohkan kepada umat Muslim untuk menjaga akhlak kepada keyakinan berbeda tanpa merusak apa yang kita yakini sebagai seorang muslim. Ajaran Rasul Saw ini kemudian diteruskan oleh para Washi beliau Saw dan para sahabat terpilih dan para pengikutnya hingga ajaran tersebut sampai pada masa kita sekarang. Dari contoh sikap rasul saw di atas dapat kita ketahui bahwa bila ada kaum muslim yang memerangi suatu kaum hanya karena berbeda keyakinan apalagi hanya karena berbeda aliran atau mazhab dapat di pastikan mereka bukan umat Islam yang memahami ajarannya dengan baik seperti yang di contohkan oleh Rasulullah saw.

Semoga bermanfaat

Ditulis oleh : Sofia Abdullah

Sumber-Sumber & Catatan Penulis

Al-Qur’an:

  1. Dalam ayat ini dijelaskan Allah Swt dengan segala kuasa-NYA mengutus rasul dengan bahasa kaumnya. QS. Ibrahim 14: Ayat 4 : “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat memberi penjelasan kepada mereka…”
  2. kata ‘Kami’ dalam ayat ini menunjukkan tentang mukjizat para nabi dan rasul yang mengerti bahasa hewan: QS. An-Naml 27:16, 18, 19  “Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.”
  3. Nabi diutus untuk kaumnya. QS. Al-A’raf 7: Ayat 73 : “Dan kepada kaum Samud (Kami utus) saudara mereka Saleh.”
  4. QS. Al-Ahzab (33): 45-47 : beberapa tugas para nabi dan rasul:  “Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan sebagai cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah.

Hadits:

Ada banyak Hadits yang menunjukkan jumlah nabi dan rasul. 2 di antaranya yang diriwayatkan oleh Abu Umamah bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Berapa jumlah persis para nabi.” Beliau menjawab:

مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا

“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 di antara mereka adalah rasul. Banyak sekali.” (HR. Ahmad no. 22288 dan sanadnya dinilai shahih oleh al-Albani dalam al–Misykah).

Sumber Buku & Websites

  1. Jumlah nabi, rasul & penerus nabi dan rasul: Al jazairi, Sayyid Ni’matullah, Dari Adam Hingga Isa AS, hal. 24-25 Cet.1,992 hlm, 2007,Lentera.
  2. Kemaksuman Nabi & Rasul : Al jazairi, Sayyid Ni’matullah, Dari Adam Hingga Isa AS, hal. Cet.1,992 hlm, 2007, Lentera.
  3. Peristiwa banjir besar yang terdapat di berbagai peradaban dunia, dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa di antara tugas para nabi adalah mengabarkan kedatangan nabi setelahnya dan mengisahkan kembali ajaran para nabi sebelumnya yang telah mengalami perubahan karena waktu. Tugas inilah yang menyebabkan banyak kisah di berbagai peradaban dunia yang hampir sama, diantaranya kisah banjir besar yang melanda dunia ribuan tahun lalu:   https://en.m.wikipedia.org/wiki/Flood_myth, https://en.m.wikipedia.org/wiki/List_of_flood_myths
  4. Allah, konsep Tuhan dalam Islam Yasin T Jibouri, hal. 544-552).
  5. Vidyarthi. Abdul Haq et al, Ramalan tentang Muhammad: Dalam Kitab Suci Agama Zoroaster, Hindu, Buddha, dan Kristen, Cet.1,2013, Noura.

Dan buku-buku terkait lainnya yang jumlahnya cukup banyak untuk ditulis semua dalam artikel pendek ini.

RASUL SAW TIDAK BERMUKA MASAM

Assalamualaikum wrwb..tulisan ini adalah hasil penelusuran dari berbagai sumber terkait tentang tafsir surat Abasa ayat 1 – 10. Mudah2an tulisan ini dapat memberikan pencerahan kepada umat Islam yang merasa sulit menerima penafsiran ayat ini seperti kami, yang menurut pendapat kami, penafsiran Qs Abasa, ayat 1-10 ini sangat mendeskreditkan nabi Muhammad saw. Sekali lagi semoga tulisan sederhana ini dapat menjawab bagi mereka yang tidak puas dengan penafsiran pada umumnya tapi tidak sempat menelusuri..🙏

Beberapa kali saya dengar ada ustadz yang seringkali mengisahkan hadits yang menghina rasul dan dengan berani merendahkan kedudukan rasul saw selevel kedudukan ‘manusia biasa’ yang banyak melakukan kesalahan dan kecerobohan hingga seringkali ditegur oleh Allah SWT dalam beberapa ayat yang tafsirnya di nisbahkan untuk rasul saw.

Salah satu kasus penghinaan yang paling terkenal adalah tafsir surat Abasa ayat 1-10, yang mengisahkan Rasul saw bermuka masam dan berpaling ketika seorang buta yang bernama Abdullah bin ummu maktum meminta penjelasan tentang Islam.

Tafsir ini disebarluaskan sedemikian rupa, dari mulai ceramah-ceramah, buku anak-anak hingga yayasan tunanetra yang menggunakan tokoh ummi maktum sebagai nama yayasannya. Tersebar luasnya tafsir ini seolah olah membuat kaum muslim yang awam “dipaksa” utk mengetahui, membenarkan dan menjadi familiar dengan tafsir ini, tafsir yang mengatakan bahwa nabinya hanya manusia biasa yang pernah bersalah dan berakhlak tidak terpuji hingga mendapat teguran dari Allah SWT. Sementara ceramah-ceramah yang bersifat memuji nabi saw, yang meninggikan kedudukan rasul jarang sekali disebarluaskan sedemikian rupa.

Ada apa dibalik penyebar luasan hadits tafsir ini??

Tafsir yang menisbahkan kata ‘dia’ sebagai Muhammad saw bila dipelajari secara ilmu hadits justru termasuk hadits-hadits yang kedudukannya lemah, dilihat dari para perawinya. Hadits ini dikatakan lemah karena termasuk hadits mursal, yaitu hadits yang mata rantai perawinya terputus. Ahli tafsir sekelas ibnu Katsir dan ibnu Abbas juga menuliskan dalam kitab tafsirnya bahwa hadits ini janggal dan aneh, selain karena semua perawinya hidup dimasa yang kurang lebih sama, hadits tafsir ini juga bertentangan dengan ayat-ayat Al Qur’an yang memuji akhlak nabi saw dan diturunkan sebelum ayat ini.

Dalam Qs Abasa ayat pertama, Al Qur’an hanya menyebutkan kata “Dia” kemudian keterangan kata ‘dia’ ditafsirkan sebagai Muhammad dalam tanda kurung : Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, yang artinya kata Muhammad dalam ayat ini tidak lebih hanyalah penafsiran dari kata ‘dia’.

Pertanyaannya adalah apa benar “dia” dalam Qs Abasa ditujukan untuk rasul saw?

1. Yang pertama harus di perhatikan adalah, kata ‘dia’ dalam ayat pertama surat Abasa : abasa wa tawalla yang artinya dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling. Kata ‘dia’ dalam ayat ini adalah TAFSIR bukan ARTI. kedudukan Arti jauh lebih kuat daripada tafsir, karena tafsir seperti juga hadits bisa salah bisa benar. Sementara arti adalah terjemahan langsung ayat per ayat yang merupakan firman Allah SWT. Berbeda dengan tafsir, walaupun arti bisa terjadi salah penerjemahan tapi akan mudah dikoreksi oleh para ahli bahasa Arab.

2. Hadits tafsir ini memang diambil dari kitab ad Durr al Mansur karya Jalaluddin as Suyuthi, namun secara mata rantai hadits, hadits ini terputus karena perawinya hidup pada masa yang kurang lebih sama. Mayoritas ahli hadits mengatakan asbabun nuzul (sebab turunnya) ayat 1 sd 10 surat abasa tersebut terjadi ketika rasul sedang berkunjung kerumah al Walid al Mughirah, seorang pembesar kafir Quraisy yang paling disegani di kota Mekkah karena kekayaannya dan memiliki banyak anak. Pada saat itu dirumah al Walid ada 6 orang pembesar kafir Quraisy lainnya, yaitu : Umayyah bin Khalaf, Abu Jahal, Abbas bin Abdul Muthalib, Utbah dan Syaibah. Ketika Rasul saw sedang menjelaskan tentang Islam kepada para pembesar Quraisy ini, datanglah Abdullah bin Ummi Maktum, seorang muslim buta yang miskin, meminta dijelaskan tentang Islam.

3. Surat Abasa ini mengisahkan 3 golongan masyarakat Mekkah pada masa awal perjuangan Rasul menyebarkan Islam di berbagai kalangan di Mekkah;

golongan pertama adalah Rasul dengan segala kemuliaan akhlak beliau yang termaktub dalam Al Qur’an dan pengakuan masyarakat Mekkah saat itu yang memberi beliau gelar al Amin yang artinya dapat di percaya dan disegani oleh semua golongan masyarakat.
golongan kedua adalah para pembesar kafir Quraisy yang diwakili oleh al Walid al Mughirah karena peristiwa ini terjadi di rumah al Walid al Mughirah.
golongan ketiga adalah golongan penduduk Mekkah yang tertindas karena miskin dan buta, yang diwakilkan oleh tokoh Abdullah bin Ummi Maktum

4. Lalu siapakah ‘dia’ yang dimaksud dalam surat Abasa?? Dari ketiga golongan ini yang lebih pantas mendapat teguran Allah SWT adalah gol. 2, al Walid al Mughirah. Tokoh pembesar kafir Quraisy sekelas al Walid al Mughirah yang sedang bersama tamu-tamu pembesar Quraisy lainya tentunya akan merasa terganggu dengan kedatangan Abdullah bin ummi maktum di kediaman beliau. Al Walid al Mughirah yang merasa terganggu dengan kedatangan ummi Maktum bermuka masam dan berpaling.

5. Kenapa Al Walid al Mughirah yang seharusnya berada dalam kurung bukan Muhammad?? Bisa dibuka di dalam Al Qur’an surat al Mudatsir ayat 13 sd 36, kata bermuka masam dan berpaling (abbasa watawalla) ditafsirkan untuk AL WALID AL MUGHIRAH. Berdasarkan urutan turunnya ayat, Qs Abasa turun SETELAH Qs al Mudatsir, keduanya surat-surat dalam Al Qur’an yang diturunkan di Mekkah. (a)

6. Bisa dibuka dalam ayat-ayat yang lain kata-kata “tawalla” yang artinya “berpaling” hanya dinisbahkan untuk orang kafir/kaum musyrik bukan untuk Nabi Muhammad saw, lalu kenapa dalam tafsir ini kata2 “dia” ditafsirkan sebagai Muhammad?? (b)

7. Allah SWT memerintahkan kita manusia untuk menjadi ‘ulul albab’ yaitu manusia yang berfikir, menggunakan akalnya untuk memilih mana yang salah dan benar dengan cara belajar dan mengkaji ilmu-ilmu Islam. Sebagai seorang muslim yang berfikir, harusnya ketika kita mendengar atau membaca tafsir seperti Abasa, seharusnya kita bertanya dalam hati apakah mungkin kedudukan rasul saw, yang di puji oleh Allah SWT memiliki akhlak yang agung akan berbuat demikian?? Perbuatan yang sama dengan kedudukan seorang pembesar kafir Quraisy?? Tentu saja mustahil. Rasul saw tentu saja tidak akan pernah bermuka masam dan berpaling, apalagi kepada orang yang ingin mempelajari Islam. Kepada seorang pengemis buta Yahudi saja, yang setiap hari menghina rasul saw, beliau tetap menunjukkan akhlak yang terbaik, akhlak yang agung, akhlak yang seharusnya menjadi pedoman bagi umat muslim.

8. Nabi dan Rasul adalah pengemban amanat Allah SWT yang diutus dari keluarga terpilih, sempurna lahir dan batinnya, karena amanat yang diembannya maha berat, mustahil melakukan kesalahan sederhana yang manusia berakhlak standar saja tidak mungkin melakukan hal tersebut, apalagi Rasul saw yang gelarnya saja SAYYIDUL ANBIYA WAL MURSALIN (pemimpin para nabi dan rasul), apakah mungkin bermuka masam dan berpaling?. Tentu saja tidak mungkin karena akhlak seperti ini sama sekali bukan akhlak nabi dan rasul, apalagi akhlak Sayyidul anbiya wal mursalin.

9. Hadits adalah kumpulan kisah, sikap, ucapan rasul saw yang didengar, dikumpulkan dan ditulis oleh sahabat dan orang yang mengenal rasul saw pada masa beliau hidup. Berbeda dengan Al Qur’an, sumber penulisan hadits adalah manusia biasa bukan firman Allah SWT, jadi berbeda dengan Al Qur’an, hadits memiliki kemungkinan salah dan benar. Hadits-hadits yang ada pada kita sekarang adalah hadits yang dibuat 200thn setelah Rasul saw wafat dan dalam perjalanannya hadits-hadits ini banyak mendapat pengaruh dari penguasa saat itu, situasi politik yang terjadi dan sebagainya, uang menyebabkan banyak pemalsuan hadits. Mengenai sejarah Hadits bisa dibaca dalam buku sejarah hadits yang umum dijual di toko-toko buku.

10. Sebagai umat muslim seharusnya kita bersikap kritis dalam menyikapi hadits-hadits atau ceramah para ustadz yang menghina atau merendahkan kedudukan rasul saw, mulai dari nabi yg bermuka masam dan berpaling, nabi buta huruf, sering ditegur Allah karena melakukan banyak kesalahan, dsb. Karena sifat sifat yang dinisbahkan kepada rasul saw tersebut jelas-jelas bertentangan dengan arti Al Qur’an yang terjemahannya jelas diakui oleh semua golongan muslim.

****

Catatan

(a) surat al Muddassir (orang yg berselimut) termasuk 4 surat pertama periode makiyyah yg diturunkan jauh lebih awal seblm surat abbasa, sementara surat Abbasa adalah surat makiyyah ke 24 yang diturunkan berdasarkan urutan turunnya wahyu. (sumber : ma’rifat, Hadi, M, sejarah Al Qur’an, hal. 81)

(b) bisa dilihat dalam al Qur’an surat : 3:82, 4:80, 20: 48, 20: 60, 53: 29, 53:33, 75:32, 88:23, 92:16, 96:13 (sumber : al ust. Husein al Habsy, nabi saw bermuka manis tidak bermuka masam, hal. 12-15, al Kautsar 1992)

Sumber-Sumber

  1. Ma’rifat, Hadi, M, Sejarah Al Qur’an, hal. 81, al Huda 2007
  2. Ma’arif, Majid, Sejarah Hadits, nur al Huda 2012, bisa dibaca ringkasannya di sini : https://sofiaabdullah.wordpress.com/2017/03/20/%e2%80%8bhadits-pengertian-sejarah-singkat-nya/
  3. Al Ust. Husein al Habsy, Nabi saw bermuka manis tidak bermuka masam, bisa didownload dalam bentuk pdfnya di link ini : Nabi Saw Bermuka Manis Tidak Bermuka Masam – Sebuah Catatan Tentang Penafsiran Abasa http://www.id.islamic-sources.com/book/nabi-saw-bermuka-manis-tidak-bermuka-masam-sebuah-catatan-tentang-penafsiran-abasa/
  4. Ceramah hb Alwi Assegaf ttg tafsir Abbasa

Ditulis oleh SofiaAbdullah
Memperingati Maulid Nabi Besar Muhammad saw, Rabi’ul Awwal 1441 H

Silsilah Rasulullah saw hingga ke Nabi Adam as

Oleh SofiaAbdullah

Assalamualaikum wrwb, dalam rangka memperingati Isra’ Mi’raj nabi kita tercinta, Muhammad Rasulullah saw, dan lebih mengenal sosok agung beliau saw, saya akan berbagi tulisan penelusuran kami tentang silsilah mulia nabi Muhammad saw hingga ke nabi Adam as.

Tulisan ini diambil dari hadits2 shahih dan penelitian para ahli sejarah tentang Nabi kita Muhammad saw. Seperti kata hadits yang diakui berbagai mazhab, nabi Muhammad saw lahir dari sulbi sulbi manusia pilihan hingga ke kakek beliau Adam as. Nabi Muhammad saw lahir dari leluhur yang selalu meneruskan ajaran para pendahulunya yang beragama tauhid. Nabi Muhammad saw adalah keturunan nabi Ibrahim as dari putranya Isma’il as. Berikut silsilah mulia Nabi Muhammad, Rasulullullah saw.

Silsilah atau Nasab Rasulullah Muhammad saw sampai ke Nabi Adam as

Dari Rasulullah saw hingga ke Nabi Adam as terpaut 82 generasi. Dari Rasulullah saw hingga keturunan beliau saat ini, tulisan ini selesai (2018) berdasarkan silsilah keturunan dari Sayyidah Fathimah az Zahra as berkisar antara generasi ke 37 (tertua) hingga generasi ke 41(termuda) dari jalur Imam Husein dan generasi ke 40 sampai dengan 46 (termuda) dari jalur Imam Hasan.

Berdasarkan hitungan Human Era atau Holosene kalender, jarak tahun antara manusia saat ini dengan Nabi Adam as kurang lebih 12 ribu tahun, tepatnya 12018 tahun. Holosene kalender adalah perhitungan Kalender yang diambil dari peristiwa-peristiwa tokoh-tokoh besar yang ada di kitab suci. Perhitungan kalender ini ditemukan oleh Prof. Cesare Emiliani (1922-1995) peneliti ahli dalam bidang geologi, micropaleontologi dan paleoseanography.

Berikut adalah Silsilah Nabi Muhammad saw, sampai Ke Nabi Adam as, bapak Manusia. Angka di sebelah nama adalah hitungan per generasi. Keterangan tahun yang digunakan menggunakan hitungan Masehi (setelah nabi Isa as lahir) dan SM (sebelum nabi Isa as lahir), seperti yang tercantum dalam buku buku rujukan.

1. 570 M-632 M Muhammad saw bin

2. 545 M ‘Abdullah bin

3. 497 M ‘Abdul-Mutthalib (nama asli beliau adalah Shaiba-keponakan Muthalib, putra dari adiknya yang bernama Hasyim) bin

4. 464 M Hashim alias ‘Amr » (nama suku atau Bani Hashim berasal dari anak keturunannya) bin

5. 439 M ‘Abd Munaf (nama lainnya adalah Al-Mugheera) bin

6. 406 M Qusai (nama lainnya adalah Zaid) bin

7. 373 M Kilab bin

8. 340 M Murra bin

9. 307 M Ka‘b bin

10. 274 M Lo’i (Lu’ayy) bin

11. 241 M Ghalib bin

12. 208 M Fahr (disebut juga Quraish dari namanya inilah suku Quraish berasal) bin

13. 175 M Malik bin

14. 142 M An-Nadr (disebut juga Qais) bin

15. 109 M Kinana (keturunannya di sbt Banu Kinana, Kinana atau Ki-na-ah-na adalah sebutan lain dari Bangsa Kan’an atau Canaan*) bin

16. 76 M Khuzaiman bin

17. 43 M Mudrikah (nama lainnya adalah‘Amir) bin

18. 10 M Elias bin

19. 23 SM Mudar bin

20. 56 SM Nizar bin

21. 89 SM Ma‘ad bin

22. 122 SM ‘Adnan. [Ibn Hisham 1/1,2;]

Sumber:
Talqeeh Fuhoom Ahl Al-Athar, p. 5-6; Rahmat-ul-lil’alameen 2/11-14,52

Adnan sampai dengan Ibrahim Khalillullah as

Adnan bin

23. Add bin

24. Humaisi‘ bin

25. Salaman bin

26. Aws bin

27. Buz bin

28. Qamwal bin

29. Obai bin

30. ‘Awwam bin

31. Nashid bin

32. Haza bin

33. Bildas bin

34. Yadlaf bin

35. Tabikh bin

36. Jahim bin

37. Nahish bin

38. Makhi bin

39. Aid bin

40. ‘Abqar bin

41. ‘Ubaid bin

42. Ad-Da‘a bin

43. Hamdan bin

44. Sanbir bin

45. Yathrabi bin

46. Yahzin bin

47. Yalhan bin

48. Ar‘awi bin

49. Aid bin

50. Deshan bin

51. Aisar bin

52. Afnad bin

53. Aiham bin

54. Muksar bin

55. Nahith bin

56. Zarih bin

57. Sami bin (sezaman dng Musa as)

58. Mazzi bin (sezaman dng Amran as)

59. ‘Awda (sezaman dng Kohath) bin

60. Aram (sezaman dng Levi/Lewi putra nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim) bin

61. Qaidar bin (sezaman dng Ya’qub as)

62. Ishmail as bin (sezaman dng Ishaq as)

63. Ibrahim [AWS].

[Sumber: Rahmat-ul-lil’alameen 2/14-17]

Ibrahim Khalillullah as sampai dengan nabi Adam as :

Ibrahim [AWS], bin

64. Tarih bin

65. Nahur bin

66. Saru‘ bin

67. Ra‘u bin

68. Falikh bin

69. Abir bin

70. Shalikh bin

71. Arfakhshad bin

72. Sam bin

73. Nuh [AWS] , bin

74. Lamik bin

75. Mutwashlack bin

76. Akhnukh alias Nabi Idris (Enoch) as alias Hurmus alias Hermes (dewa dalam mitologi Yunani) bin

77. Yarid bin

78. Mahla’il bin

79. Qainan bin

80. Anusha bin

81. Shith alias Syis alias Seth bin

82. Adam as.

*Sumber; Ibn Hisham 1/2-4; Rahmat-ul-lil’alameen 2/18; Khulasat As-Siyar p.6]

*Ditulis kembali dengan tambahan informasi tahun dan kilasan sejarah oleh Sofia Abdullah. Sumber tahun leluhur Rasulullah saw dari generasi 1 sd 22, diambil dari buku-buku karya para peneliti sejarah Islam, antara lain;

  1. Life of Muhammad: 560-661 Muhammad and Abu Talib journey to Syria
  2. Life of Muhammad: 560-661 Muhammad is called to prophethood.
  3. Encyclopaedic ethnography of Middle-East and Central Asia: A-I, Volume 1 edited by R. Khanam. Page 543
  4. Clifford Edmund Bosworth (2007), Historic Cities of the Islamic World, BRILL, p. 260
  5. https://en.m.wikipedia.org/wiki/Holocene_calendar
  6. tentang nama Kan’an : Asheri, David; Lloyd, Alan; Corcella, Aldo (2007). A Commentary on Herodotus, Books 1–4. Oxford University Press. p. 75. ISBN 978-0198149569.

Catatan singkat tentang Bangsa Kan’an:

* Bangsa Kan’an terkenal sebagai pelaut yang ulung, penjelajah dunia dengan kapal-kapal dagang bercadik atau lebih dikenal dengan perahu Finisi. Bangsa melayu menyebut bangsa Kan’an ‘Orang Laut’, bangsa Eropa menyebut mereka Phoenician, bangsa Arab menyebut mereka Kan’an atau Kinana. Keturunannya tersebar di sepanjang pantai utara Arab dan Afrika. Suku Quraisy leluhur Bani Hasyim leluhur Rasulullah saw, seperti yang dilihat diatas adalah salah satu keturunannya. Melalui perdagangan maritim, bangsa Kan’an menghubungkan Asia Timur dan Barat. Hasil dari penelusuran kami tentang bangsa Kan’an, berdasarkan tradisi, budaya, silsilah, kisah rakyat, mengerucut kepada salah satu ciri leluhur Nusantara, yang hingga saat ini masih bisa dilacak melalui sebutan orang laut dan tradisi membuat kapal bercadik. Pembahasan lebih lengkap tentang bangsa Kan’an akan kami tulis dalam artikel terpisah.

Pengaruh Perubahan Geopolitik & Sejarah Nama Hindia

Seperti yang kita ketahui bersama, sejarah adalah ilmu yang mempelajari segala peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Tujuan mempelajari sejarah jelas, untuk mengetahui siapa dan bagaimana leluhur kita, asal usul bangsa dan negara tempat kita dilahirkan. Ilmu sejarah juga dipelajari dengan tujuan agar kita dapat menemukan solusi bagi segala masalah yang ada pada masa kini dan masa yang akan datang.

Dalam penelusuran sejarah, yang kami tekuni dari tahun 2009, seringkali kami menemukan beberapa fakta sejarah penting yang terlewatkan, yaitu: perubahan geopolitik.

Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari pengaruh kekuasaan terhadap wilayah atau geografi suatu bangsa atau negara, yang meliputi pengaruh fisik yaitu manusia, budaya dan wilayah, baik darat, laut, udara ataupun non fisik yaitu ideologinya.[1]

Ilmu geopolitik dalam penelusuran sejarah menjadi amat sangat penting mengingat besarnya pengaruh geopolitik yang telah menyebabkan bukan hanya perubahan nama namun juga luas wilayah bahkan ideologi suatu negara.

Wilayah di Asia Tenggara yang mengalami perubahan geopolitik sangat banyak, seiring dengan pergantian penguasa dari masa ke masa, dua diantara wilayah Asia Tenggara yang mengalami perubahan geopolitik hampir menyeluruh adalah wilayah Champa atau kesultanan Champa yang kini menjadi Vietnam dan wilayah Siam atau kesultanan Siam yang kini menjadi Thailand.

Wilayah Champa & Siam sebelum mengalami perubahan geopolitik menjadi Vietnam dan Thailand saat ini

Baik Champa maupun Siam selama berabad-abad adalah negara dengan mayoritas penduduknya adalah Muslim. Pada tahun 1470 Champa diserang oleh bangsa Khmer dan Dai Viet, wilayah Champa kemudian terbagi dua menjadi Kamboja dan Vietnam, ideologinya pun berubah, yang pada awalnya Islam adalah agama mayoritas, menjadi minoritas. Agama Budha menjadi mayoritas dan dan sebagian kecil agama Brahmanik.

Perubahan ini terjadi bukan karena penduduk muslimnya merubah agamanya menjadi Budha tapi karena mayoritas kaum Muslim Champa bermigrasi ke wilayah-wilayah sekitarmya seperti Malaysia dan Indonesia.

Kesultanan Siam pun mengalami nasib yang kurang lebih sama dengan negara tetangganya Champa, setelah Siam dikalahkan oleh serangan bangsa China, Suku Thai, dan dibantu oleh Inggris, kesultanan Siam kalah dan berganti nama menjadi Thailand, yang diambil dari 2 suku kata Thai, yaitu suku bangsa Thai dan Land diambil dari Bahasa Inggris yan artinya negeri, yang arti keseluruhannya menjadi Negeri Bangsa Thai.

Jumlah kaum muslim di wilayah Siam menurun drastis, mayoritas mereka bermigrasi ke Indonesia tepatnya ke pulau Jawa.

Walaupun tidak pernah disebutkan dalam buku-buku sejarah umum, migrasi bangsa Cham dan Siam ke Indonesia dapat dilihat dari asimilasi penduduk, budaya (bangunan, makanan dan busana), bahasa dan sebagian ada yang tercatat dalam naskah-naskah kuno.

Migrasi bangsa Cham dan Siam ke Indonesia ini dapat dilihat dari asimilasi penduduk, budaya (bangunan, makanan dan busana), bahasa dan sebagian ada yang tercatat dalam naskah-naskah kuno.

kerudung dan ciput khas Champa, yang sudah menyatu dan sudah menjadi ciri khas kerudung dan ciput di Indonesia.

keberagaman penduduk Champa, mengingatkan kita akan keberagaman wajah dan ciri khas di Nusantara. penduduk Champa memiliki kaitan yang erat dengan Nusantara, karena mereka mengakui bahwa leluhur mereka berasal dari Jawa. ketika kesultanan Champa di serang, terjadi migrasi besar-besaran masyarakat Champa ke Jawa, adanya migrasi ini dapat dilihat dari asimilasi budaya penduduk Champa di berbagai daerah di Indonesia, saat ini hanya sekitar 150.000 penduduk Champa yang tersisa di Kampung Cham, Vietnam.

Kedatangan bangsa Eropa ke negara-negara Asia juga telah merubah geopolitik negara-negara Asia yang terjajah. Negara-negara di dunia yang ada saat ini, baik nama maupun wilayahnya adalah negara-negara yang umumnya dihasilkan dari pembagian wilayah yang dilakukan oleh negara-negara yang awalnya tergabung dalam VOC atau EIC. Pembagian ini terjadi ketika koalisi perdagangan Internasional ini membubarkan koalisinya, karena telah berhasil menguasai wilayah-wilayah yang ingin mereka kuasai.

Setelah Perang Dunia I (1914-1918), jatuhnya kesultanan Turki Usmani, kemudian disusul Perang Dunia II, geopolitik pun berubah lagi menjadi negara-negara yang kita kenal sekarang.

Jadi bila kita mempelajari sejarah negara-negara yang ada sekarang, sekitar 2 atau 3 abad sebelum PD I dan II tentunya berbeda sekali dengan apa yang kita lihat sekarang, baik nama maupun wilayahnya.

Perubahan geopolitik yang terjadi pada wilayah Siam dan Champa adalah salah satu contoh perubahan geopolitik yang mempengaruhi sejarah Indonesia dalam skala kecil. Dalam skala besar kita akan menjumpai perubahan geopolitik yang terjadi pada kata ‘Hindia atau India’.

‘Dunia Baru’ itu Bernama India

Nama India berdasarkan fakta yang kami temukan sebenarnya telah dikenal oleh bangsa Eropa sejak era Herodotus, seorang sejarawan Yunani, yang hidup kurang lebih 400 tahun sebelum Masehi.

Nama India yang dikenal bangsa Yunani berasal dari bahasa Parsi tua Hindia, yang diambil dari kata Hindhu, yang berasal dari bahasa sanskrta Sindhu, yang berarti ‘Sungai’[2].

Pada masa Yunani dan Romawi bangsa Eropa adalah bangsa yang maju peradabannya. Namun pergantian penguasa demi penguasa, menurunnya kualitas moral para penguasa menyebabkan peperangan antar suku dan bangsa-bangsa di Eropa, pemimpin yang serakah telah menuntut rakyatnya terus berperang dengan mengatasnamakan agama, pendidikan dan ilmu pengetahuan pun akhirnya di tinggalkan. Kondisi ini telah menjadikan bangsa Eropa memasuki era kegelapan, yaitu menurunnya kualitas pendidikan bangsa hingga pada titik yang terendah, hingga segala bidang keilmuan yang mereka miliki hilang, dan berpindah menjadi milik bangsa lain.

Selama berabad-abad bangsa Eropa mengalami masa kegelapan, dunia yang mereka ketahui hanya Eropa dan sekitarnya, bangsa Eropa juga mengatakan Bumi adalah datar dan laut dalam pandangan mayoritas bangsa Eropa saat itu adalah ujung dunia, karenanya mereka tidak pernah melakukan pelayaran, perjalanan yang mereka lakukan semuanya melalui darat. Masa kegelapan bangsa Eropa berangsur mulai memudar setelah terjadi kontak dengan bangsa Arab dan Islam yang melakukan invasi hingga ke perbatasan Eropa. Dari sinilah mereka mulai menggali kembali ilmu warisan nenek moyang mereka yang saat itu telah berada di tangan bangsa Arab dan Islam.

Sekitar abad ke-13 hingga abad ke- 15 nama ‘India’ muncul kembali di kalangan sejarawan Eropa. Dikenalnya kembali nama India oleh bangsa Eropa mungkin salah satu dampak positif ‘perang Salib’ yang terjadi selama 500 tahun, antara penguasa muslim dengan penguasa Eropa yang berambisi merebut kembali Palestina dari kekuasaan muslim.

Perang salib walaupun mengatasnamakan agama pada dasarnya adalah perang perebutan wilayah kekuasaan antara bangsa Arab yang mengatasnamakan Islam dan bangsa Eropa yang mengatasnamakan Kristen.

Pada era perang salib ini, yang terjadi dari abad ke 11 hingga abad ke-15, buku-buku pengetahuan klasik bangsa Yunani dan Romawi yang telah diterjemahkan dalam bahasa Arab dan buku karya ilmuwan muslim menjadi barang berharga yang sangat dicari.

Tahun 1453 Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Usmani, kondisi ini semakin melemahkan bangsa Eropa dan mendesak bangsa Eropa untuk melakukan penjelajaham menemukan ‘Dunia Baru’ untuk mereka tempati.

Dunia baru yang mereka ketahui saat itu, adalah dunia baru bernama Hindia atau India, suatu negeri yang digambarkan dalam buku sejarah klasik sebagai negeri yang kaya akan emas dan hasil bumi lainnya.

Pencarian India inilah yang kemudian membuat bangsa Eropa setiap kali menemukan benua baru mereka katakan sebagai ‘India’.

Kesalahan bangsa Eropa, membuat nama ‘India’ semakin jauh dari makna wilayah yang sebenarnya, karena setiap kali mereka menemukan ‘dunia baru’ mereka katakan sebagai ‘India’ dan penduduknya dikatakan sebagai ‘Indian’. Karena kesalahan demi kesalahan inilah wilayah India menurut pandangan bangsa Eropa saat itu pun menjadi sangat luas.

Luasnya wilayah Hindia menurut pandangan bangsa Eropa saat itu, menyebabkan wilayah ‘Hindia’ pun dibagi menjadi 2, yaitu Hindia Barat dan Hindia Timur.

Hindia Barat adalah sebutan bagi wilayah-wilayah di laut Karibia yang terbentang antara Amerika Selatan hingga Amerika Tengah, sementara Hindia Timur adalah wilayah yang terbentang mulai dari anak benua India, Pakistan dan sekitarnya, hingga wilayah-wilayah yang kini yang kini menjadi negara-negara di Asia Tenggara, termasuk diantaranya adalah kepulauan Indonesia.

1801_cary_map_of_the_east_indies_and_southeast_asia__singapore_borneo_sumatra_java_philippines_-_geographicus_-_eastindies-cary-1801

File:1801 Cary Map of the East Indies and Southeast Asia (Singapore, Borneo, Sumatra, Java, Philippines) – Geographicus – EastIndies-cary-1801.jpg

Ketika akhirnya bangsa Eropa menemukan wilayah India yang sebenarnya, bukannya mereka mengoreksi kesalahan mereka, malah sebaliknya mereka menetapkan nama ‘India’ sebagai nama resmi wilayah jajahan baru bangsa Eropa di benua Asia dan Afrika.

Wilayah India yang mereka temukan ini diberi nama baru berdasarkan pembagian wilayah diantara negara negara Eropa yang menginginkan wilayah tersebut menjadi wilayah jajahan mereka dan tergantung besarnya saham yang mereka tanam di wilayah tersebut. VOC memiliki peran penting dalam pembagian wilayah ini.

VOC adalah sebutan dalam bahasa Belanda untuk persekutuan dagang Internasional Hindia Timur. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan EIC. Baik VOC ataupun EIC memiliki anggota perusahaan perusahaan dagang Eropa, yang satu dan lainnya saling bekerja sama untuk menaklukan wilayah di Asia dan Afrika yang menjadi sasaran mereka.

Pada awal menemukan kepulauan Nusantara yang pada saat itu masih bernama Hindia, bangsa Eropa berdatangan dengan perusahaan -perusahaan dagang kecil milik keluarga bangsawan Eropa. Karena kalah dalam persaingan dagang dengan bangsa-bangsa lain, Perusahaan dagang keluarga ini kemudian bergabung dengan perusahaan dagang Eropa yang lain hingga menjadi menjadi gabungan perusahaan Internasional terbesar saat itu.

Perusahaan dagang Belanda memiliki saham terbesar di wilayah Nusantara hingga ketika wilayah Nusantara satu persatu berhasil mereka kuasai jadilah mereka meletakkan nama Belanda di belakang kata Hindia, yang artinya Hindia (milik) atau Hindia Belanda (Netherlands India).

Hal yang sama pun terjadi dengan wilayah yang dikuasai oleh perusahaan dagang Inggris menjadi British East India (anak benua India), Spanish East Indies (Philipina), dan sebagainya, padahal tiap-tiap negara tersebut memiliki namanya masing-masing sebelum era pemerintah kolonial Belanda.

Ketika akhirnya negara-negara yang dijajah ini merdeka dari bangsa Eropa, sebagian besar nama wilayah yang diberikan oleh bangsa Eropa yang menjajah bangsa-bangsa di Asia-Afrika masih berlaku berlaku hingga saat ini, seperti contohnya sebutan negara Phiphina yang diambil dari nama raja Spanyol Philip, atau sebutan untuk penduduk asli Amerika hingga saat ini tetap Indian, atau sebutan India bagi negara India saat ini, padahal nama resminya dan sebutan penduduknya bagi negara ini adalah ‘Bharat’[3].

Lalu Dimanakah Lokasi India yang sesungguhnya?

Berdasarkan keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa kata ‘India’ yang digunakan Herodotus sekitar 400 SM adalah perubahan dari kata ‘Hindu’ yang diambil dari bahasa persia kuno yang digunakan sekitar 850-600 SM. Kata Hindu sendiri adalah perubahan dari kata sanskrta ‘Sindhu’ yang usianya jauh lebih tua, yang berarti ‘Sungai’.

Pada masa kekuasaan kaisar Persia Xerxes (Ahasuerus, 486-465 SM) atau sekitar 2500 tahun yang lalu, nama Hindu adalah sebutan bagi wilayah-wilayah di sebelah Timur sungai Indus[4].

Baik dari wilayah Persia atau India saat ini posisi wilayah sebelah Timur adalah Indonesia. Dan bila kita telusuri dari sejarah nama bangsa ini, nama Indonesia sendiri diambil dari kata Indus (India atau Hindia) dan Nesos (Kepulauan) bila di gabungkan keduanya berarti Kepulauan India, Indonesia juga pernah bernama East Indies atau ‘India Timur’. Sementara yang sekarang kita kenal sebagai negeri India yang berlokasi di anak benua India, nama asli negerinya adalah ‘Bharat’, yang hinga kini di gunakan sebagai nama resmi Republik India.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa yang di katakan sebagai India yang sesungguhnya adalah Indonesia.

Perubahan-perubahan nama wilayah yang dilakukan bangsa Eropa terhadap negara-negara jajahannya tentunya menimbulkan dampak kerancuan dalam sejarah baik di sengaja maupun tidak, contohnya ketika peneliti sejarah menemukan naskah kuno yang menceritakan tentang India, tentunya akan terjadi kerancuan, lokasi India mana yang di maksudkan dalam naskah tersebut. Untuk meminimalisir kesalahan tersebut sangat penting bagi peneliti sejarah untuk mempelajari sejarah nama tempat atau lokasi yang dimaksud naskah kuno tersebut, karena kesalahan memahami lokasi sejarah dapat merubah seluruh sejarah yang ada.

Catatan dan Sumber

[1] Devetak, Richard; Burke, Anthony; George, Jim, eds. (2011). An Introduction to International Relations. Cambridge: Cambridge University Press. Hal.492. ISBN 978-1-107-60000-3.

[2] Cheung, Martha Pui Yiu (2014) [2006]. “Zan Ning (919–1001 CE), To Translate Means to Exchange”. An Anthology of Chinese Discourse on Translation: From Earliest Times to the Buddhist Project. Routledge. pp. 179, 181. ISBN 978-1-317-63928-2.

[3] Madhav Deshpande, Sanskrit & Prakrit: Sociolinguistic Issues, Motilal Banarsidass Publ., 1993, p. 85.

[4] Sharma, Arvind (2002), “On Hindu, Hindustan, Hinduism and Hindutva”, Numen, 49 (1): 1–36, JSTOR 3270470