Alur Waktu dan Penjelasan Ringkas  Sejarah Islam di Nusantara (1)

Assalamualaikum wrwb.. 

Tulisan kami kali ini adalah ringkasan hasil riset sejarah kami tentang sejarah Islam di Indonesia yang kami buat dalam bentuk alur waktu (Time Line). Tujuan kami membuat alur waktu ini untuk memudahkan para pembaca memahami hasil riset sejarah Islam yang kami temukan sejak 2009.

Walaupun riset ini berkisar tentang sejarah Islam, namun hasil penelusuran yang kami temukan membawa kami hingga ke leluhur nusantara, berikut peradaban dan agama di Nusantara sebelum Islam dan keterkaitannya dengan agama-agama besar di dunia. (1)

Karena temuan ini, kami memperluas penelitian kami hingga meliputi berbagai aspek sejarah di Indonesia yang terkait dengan sejarah Islam, dimulai dari titik awal, yaitu kisah penciptaan manusia pertama hingga era Orde Baru yang terkait dengan peristiwa sejarah.

Sumber-sumber kami bervariasi, dari mulai kitab suci, tradisi lisan, tulisan, kunjungan ke situs-situs sejarah penting yang tersebar di seluruh Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara yang terkait dengan Indonesia di masa lalu.  Kami juga menggunakan hasil riset para peneliti dalam dan luar negeri sejak era kolonial hingga temuan-temuan terbaru dalam penelitian sejarah.

Sejarah bukan ilmu pasti seperti Matematika atau Biologi. Seiring berjalannya waktu dari mulai era kolonial hingga saat ini selalu ada temuan baru dalam dunia sejarah.

Temuan-temuan baru ini diantaranya berfungsi untuk membuktikan  kebenaran peristiwa sejarah atau bisa  mengubah jalannya sejarah.

Sejarah yang umum kita gunakan hingga saat ini diambil dari teori sejarah yang dibuat pada era kolonial, dan umumnya ditulis oleh sejarawan Eropa yang kemudian diajarkan kepada murid-murid beliau dari mulai Era kolonialisasi dan seterusnya dari generasi ke generasi. Teori-teori karya sejarawan Eropa inilah yang sampai pada kita saat ini, yang ditanamkan kepada para pelajar kita dari mulai SD hingga Mahasiswa dan bahkan menjadi standarisasi benar atau tidaknya penelitian sejarah. (2)

Karikatur ini adalah kritik untuk para peneliti yang tidak mau membantah teori-teori lama walaupun berlawanan dengan temuan temuan terbaru yang berlawanan dengan teori lama. Karikatur ritik ini dibuat oleh para peneliti terkini yang tidak percaya dengan Teori Evolusi yang menyatakan manusia berevolusi dari kera. Teori ini adalah salah satu contoh standarisasi dalam dunia Sains ataupun Sejarah. Bila teori Evolusi tidak dimasukkan dalam penelitian Sejarah atau Sains maka penelitian tersebut dikatakan tidak ilmiah. Di Indonesia perdebatan seperti ini hampir tidak ada semua peneliti yang menginginkan hasil penelitiannya dikatakan penelitian ilmiah harus mengikuti teori-teori yang dibuat oleh sejarawan era kolonial dan para pengikutnya.

Temuan-temuan baru dalam dunia sejarah ini seolah tidak ada pengaruhnya di Nusantara. Sejarah yang seharusnya bersifat dinamis, di Indonesia menjadi statis, seperti ada yang menjaga agar teori awal karya sejarawan Eropa tetap diakui sebagai yang paling benar tanpa kecuali.

Teori dari hasil riset sejarah kami memang berbeda dengan teori era kolonial yang menjauhkan semua sumber agama, dan mengedepankan teori individu dan tetap digunakan hingga saat ini walaupun minim bukti dan seringkali tidak bisa diterima, seperti teori manusia kera, manusia berekor, manusia dengan wajah didada dsb. Namun teori-teori era kolonial yang memang jelas sumbernya bukan hanya sekedar asumsi tetap kami gunakan, kami bandingkan dengan temuan-temuan dan teori-teori terbaru dalam dunia sejarah.

Gambar di atas adalah salah satu contoh temuan terbaru dalam dunia Sains dan Sejarah yang membantah teori Evolusi karena tidak sesuai dengan bukti-bukti yang ditemukan saat ini.

Berikut adalah Alur Waktu sejarah Islam di Nusantara;

Secara garis besar sejarah Islam di Indonesia terbagi menjadi 6 era besar :

1. 0-610 M Sejarah Indonesia Pra Islam. Sumber periodesasi yang digunakan adalah perhitungan Saka Lama, Holosen Kalender, silsilah para Nabi yang kami gunakan sebagai bahan perbandingan dengan silsilah tokoh leluhur Nusantara untuk mengetahui masa hidup sebenarnya dari tokoh sejarah yang kami telusuri.  

2. 610-800 M   Sejarah Indonesia Masa Perkembangan Islam

3. 800-1613 M Sejarah Indonesia Masa Pemerintahan Islam Lama (Mataram Kuno).

4.1602-1755 M Di bentuknya VOC (1602), Berdirinya Mataram Baru hingga dibubarkannya Mataram (1613-1755).

5. 1755-1945 Sejarah Islam era Kolonial. Era ini dibagi menjadi 3 masa:

●   1600-1799 Era kolonialisasi VOC. Era penjajahan oleh persatuan Dagang negara-negara Eropa. Wilayah nusantara dipecah belah dan dikuasai satu persatu hingga puncaknya tahun 1755, pada tahun ini VOC hampir menguasai seluruh wilayah Nusantara.

●   1799-1941 VOC dibubarkan, negara jajahan wilayah Hindia Timur dibagi-bagi antar anggota VOC dan EIC berdasarkan penanam modal terbesar diwilayah tersebut. Sebagian besar wilayah Nusantara menjadi miliki kerajaan Belanda. Era ini dikenal sebagai era pemerintahan kolonial Belanda

●   1941-1945 Era pemerintahan kolonial Jepang

6. 1945 sampai dengan saat ini : Sejarah Islam di Indonesia era kemerdekaan.

Penjelasan sejarah ringkas dari Alur Waktu diatas bisa dibaca pada bagian 2.

Bersambung ke bagian 2

Oleh : Sofia Abdullah

Catatan&Sumber

(1) Sebagian Tulisan kami tentang Agama leluhur Nusantara dan sumbernya bisa dibaca di link ini : https://sofiaabdullah.wordpress.com/2021/08/09/millatu-ibrahim-tradisi-ziarah-dan-bangunan-makam-bagian-1/

(2) Tulisan kami tentang Teori era kolonial bisa dibaca dilink ini : Merevisi Teori = Aib;11 Februari 2020; https://sofiaabdullah.wordpress.com/2020/02/11/merevisi-teori-aib/

Ziarah ke Situs Makam Pasarean Agung Sentono Boto Putih (2)

Tokoh-tokoh yang dimakamkan di Sentono Boto Putih

Sentono Boto putih, seperti umumnya situs makam-makam kuno, terdiri dari beberapa kompleks makam. Pada tiap kompleks makam terdapat gapura paduraksa dan dinding yang mengitari makam yang disebut cungkup makam. Satu cungkup makam terdiri lebih dari 1 makam, biasanya dari satu keluarga. Cungkup makam ini memisahkan kompleks makam yang satu dan lainnya. Keberadaan cungkup makam yang unik yang tersebar di Nusantara sering kali dikatakan sebagai bangunan bercirikan Hindu atau Budha, padahal agama apapun tidak memiliki kaitan dengan bentuk bangunan. Bangunan terkait dengan budaya dan lingkungan dimana masyarakat tersebut berada.

Terdapat beberapa tokoh penting yang dimakamkan di Sentono Boto Putih ini. Berikut 5 tokoh yang cukup terkenal dan banyak diziarahi diantaranya :

1. Pangeran Lanang Dangiran/Kiai Ageng Brondong, w 1638. Seorang ulama dan pemimpin dukuh Botoputih. Beliau keturunan Brawijaya dan leluhur dari trah Kanoman dan Kasepuhan Surabaya (dukuh = wilayah setingkat kecamatan).

2. Mas Adipati Panji Djoyodirono. Wafat 1758. Beliau adalah cucu dari Ki Ageng Brondong, atau Putera ke-13 dari 14 putera Kyai Tumenggung Onggodjoyo I. Semasa hidup beliau menjabat sebagai Bupati Kanoman di Wonokromo Surabaya, 1746-1758.                                              (Sumber : https://id.rodovid.org/wk/Orang:238670)

3. Raden Tumenggung Adipati Aryo Tjondronegoro II (Kanjeng Djimat Djokomono). Wafat sekitar akhir abad ke-17.

4. Al Habib Syekh bin Ahmad bin Abdullah Bafaqih, wafat pada tahun 1811. Beliau adalah seorang pejuang melawan pemerintah kolonial Belanda dan juga guru dan penasehat dari keturunan pangeran Lanang Dangeran.

5. Maulana Mohammad Syaifuddin. Beliau adalah Sultan Banten ke XVII / yang terakhir yang wafat pada tanggal 3 Rajab 1318 H/11 November 1899.

Ziarah ke Situs Makam Pangeran Lanang Dangeran di Pasarean Agung Sentono Boto Putih.

Pangeran Lanang Dangiran dikenal pula dengan sebutan Kiai Ageng Brondong dan Sunan Boto Putih.

Ketiga nama di atas bukan nama asli beliau. Pangeran Lanang Dangiran adalah seorang tokoh ulama yang mengajarkan nilai-nilai Islam dalam  berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Pangeran Lanang Dangiran adalah 1 dari 5 bersaudara, putra dari Pangeran Kedawung atau Sunan Tawangalun. Dalam kisah babad, beliau disebut juga dengan penguasa atau Raja Blambangan. Pada usia 18 tahun pangeran Lanang Dangiran berguru kepada Kyai Kendhilwesi di Sedayu.

Hingga tulisan ini kami bagikan, kami baru menemukan sekilas biografi dan silsilah beliau berdasarkan silsilah keturunan beliau dan silsilah versi babad, namun sayangnya dari beberapa versi silsilah ini kami belum menemukan nama asli beliau. Silsilah keluarga dari keturunan beliau yang kami temukan pun kemungkinan bersumber dari versi babad, seperti silsilah keluarga yang banyak kami temukan di Indonesia. Salah satu ciri silsilah versi babad umumnya tidak menyertakan nama asli tokoh nasab. Nama yang digunakan umumnya julukan, gelar jabatan, tempat asal, tempat tokoh dimakamkan atau tempat wafatnya. contoh : Joko Tingkir, Jaka Sembung, Rakeyan Sancang, Pamanah Rasa dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa silsilah yang kami temukan beliau adalah generasi ke-8 keturunan Brawijaya yang bernama asli wan Abu Abdullah, penguasa terakhir Champa dari tahun 1471-1478. Nama asli Brawijaya terakhir hingga leluhur beliau keatas kami dapat dari silsilah keluarga keturunan Raden Fatah (yang bernama asli Raden Hasan).

Berikut silsilah beliau :

1. Raden Sumana/Singhawardhana/Bhre Paguhan, nama asli beliau Abdullah Khan,  Kerajaan Paguhan meliputi wilayah sekitar Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo, Jawa Timur. Raden Sumana berputra

2. Wikramawardhana/ Raden Gagak Ali, nama asli beliau Ahmad Syah Jalal, berputra

3. Kertawijaya/Brawijaya I (Bhre Tumapel III) W 1451, nama asli beliau Jamaluddin Husein al Akbar, dalam karya sastra dan pewayangan beliau dikenal juga sebagai Prabusiliwangi terakhir, wafat di tahun yg sama dengan Brawijaya I.

4. Raden Rajasawardhana Dyah Wijayakumara / Brawijaya II + Putri Indu Dewi Purnamawulan (Bhre Lasem sang Halemu) W 1382, nama asli beliau Ali Nurul Alam, dalam kisah babad atau pewayangan dikenal sebagai Patih Gajah Mada. Keterangan nama asli ini didapat dari keturunan beliau yang berada di Kesultanan Kelantan, pada masa lalu disebut juga Kesultanan Chermin (sekarang Kelantan).

5. Bhre Kertabhumi / Raden Alit /Brawijaya V/ Ongkowijoyo/ Arya Dillah / Arya Damar / Damar Wulan nama aslinya adalah wan Abu Abdullah W 1478 (penguasa Champa terakhir) berputra

6. Raden Sudjana / Lembu Niroto. Gelarnya Adipati Blambangan (saudara Raden Fatah/Raden Hasan) berputra

7.  Menak Simbar / Adipati Puger, berputra

8. Menak Sumende. Gelar : Adipati Blambangan, berputra

9. Menak Gadru. Gelar : Adipati Blambangan, berputra

10. Menak Werdati / Menak Lampor = eyang/kakek dari Raden Paku Sunan Giri pancer trah Dermoyudo. Gelar : Jumeneng Bupati Blambangan, berputra

11. Sunan Rebut Payung / Menak Beduyu. Gelarnya adalah Adipati Blambangan Timur, berputra

12. Pangeran Kedawung / Pangeran Tawangalun / Adipati Blambangan Timur, berputra

13. Pangeran Lanang Dangiran / Ki Ageng Brondong W 1638

14. Anggawangsa Adipati Jangrana (Jayeng Rono) Bupati Surabaya.

15. Sawung Galing, Joko Berek, Joko Tangkeban (Panembahan Panotogomo).

Nama asli Brawijaya terakhir kami dapat dari silsilah keluarga keturunan Raden Fatah (Raden Hasan).

Nama asli pada silsilah Brawijaya ke atas sengaja hurufnya kami tebalkan agar bisa membedakan nama asli tokoh pada silsilah keluarga dengan nama yang tercantum pada silsilah versi babad, yang umumnya tidak menyertakan nama asli beliau.
Catatan ini juga kami khususkan bagi keturunan keluarga pangeran Lanang Dangiran, yang kebetulan membaca tulisan kami.

Silsilah keluarga yang lengkap dengan nama asli tokoh leluhur di Indonesia sangat penting dalam penelitian sejarah. Namun sayangnya silsilah keluarga yang lengkap ini agak sulit ditemukan, diantara penyebabnya adalah faktor keamanan. Keturunan dari tokoh-tokoh terkenal umumnya anti kolonial dan selalu menjadi pemimpin perlawanan kepada pemerintah kolonial. Karena faktor inilah pada masa lalu, untuk melindungi keturunan tokoh-tokoh terkenal ini sengaja dirahasiakan nama aslinya. Tentunya hal tersebut saat ini sudah tidak berlaku lagi, fungsi nasab saat ini lebih sebagai ilmu bantu penelitian sejarah, namun sayangnya menyamarkan nama asli tokoh leluhur akhirnya menjadi tradisi yang bahkan dikalangan keturunannya sendiri pun banyak yang tidak mengetahui seperti sebagian besar keturunan Raden Fatah dan Pangeran Lanang Dangiran pada umumnya.

Selain alasan keamanan, salah satu tujuan penyamaran nama pada silsilah versi babad juga bertujuan untuk menghormati sang tokoh yang juga leluhur Nusantara karena kisah babad adalah sumber kisah pewayangan yang dikisahkan berulang ulang dari masa ke masa. 

Ditulis oleh Sofia Abdullah

Sumber dan referensi

1. https://id.rodovid.org/wk/Orang:238670 (silsilah keturunan pangeran Lanang Dangiran)

2. Silsilah keluarga keturunan Raden Fatah / Brawijaya V

3. Beragam silsilah versi babad dan silsilah versi keluarga sebagai bahan perbandingan.

Fakta Dan Fiksi Sejarah Masjid

Masjid sebagai sumber sejarah Islam di Indonesia

Masjid adalah identitas Islam yang tidak mungkin bisa dipungkiri. Semakin tua masjid yang ada di kota atau wilayah tertentu, menandakan semakin awal agama Islam masuk ke wilayah tersebut.

Demikian pula dengan situs pemakaman muslim kuno, yang umumnya terdapat dalam satu kompleks dengan area Masjid. Pada setiap makam, terdapat nisan. Nisan adalah peninggalan budaya tertulis sebagai penanda lokasi makam dan informasi ringkas dari tokoh yang dimakamkan di wilayah tersebut. Nisan adalah salah satu bukti tertulis yang jelas tentang sejarah kedatangan Islam di Nusantara. Oleh sebab itu, masjid, makam, dan nisan merupakan tiga sumber sejarah penting kedatangan Islam di Nusantara, maupun di seluruh dunia.

Atap tumpang atau atap bersusun pada Masjid Demak. Sumber foto: koleksi pribadi.
Masjid dan makam Sunan Sendang Dhuwur, Lamongan, Jawa Timur. Salah satu ciri Masjid dan makam kuno adalah kedua bangunan ini berada dalam satu kompleks. Selain Masjid dan makam yang berada dalam satu kompleks, dalam area kompleks masjid kuno juga terdiri atas lembaga pendidikan dan tempat tinggal bagi para pengurus masjid.

Masjid dan makam kuno ini adalah salah satu bukti terpenting kami dalam penelusuran sejarah Islam di Indonesia.

Namun, apa yang terjadi bila bangunan yang seharusnya adalah Masjid dan makam kuno sebagai penanda kedatangan Islam di Indonesia ini dirusak, dihancurkan atau di ubah fungsinya sebagai bangunan lain baik disengaja atau tidak? tentunya perusakan situs ini dapat dipastikan akan merubah jalannya peristiwa sejarah yang terkait dengan Islam.

Sejarah Islam di Indonesia menjadi abu-abu, bahkan gelap, karena dipenuhi dengan ketidak jelasan, ditambah lagi banyaknya sumber-sumber tentang Islam yang hanya diambil dari naskah-naskah Babad atau Wawacan yang sudah disalin berulang kali untuk kepentingan pendidikan atau politik.

Pengetahuan tentang sejarah Islam di Indonesia yang kita ketahui saat ini hampir semuanya adalah tulisan sejarawan era kolonial, yang sering kali bertentangan dengan fakta sejarah yang kami temukan di lapangan. Diantaranya berupa tradisi, keyakinan leluhur Nusantara, dan silsilah tokoh yang kami temukan. Adanya fakta fakta yang berbeda antara teori sejarah Islam dan fakta dilapangan sangat bisa dipahami, karena sejarawan era kolonial saat itu memiliki pengetahuan terbatas tentang ajaran Islam. Selain itu, adanya kepentingan politik kolonial, yang pada saat itu menjadikan Islam sebagai musuh terbesar mereka. Akibatnya, sejarah Islam di Indonesia pun semakin gelap.

Tentunya sangat ironis bahwa negara dengan penduduk mayoritas Islam tapi sejarah Islamnya hingga kini masih menjadi perdebatan dikalangan sejarawan.

Perdebatan yang berkepanjangan ini timbul karena kurangnya mengambil sumber-sumber dari sejarah Islam itu sendiri. Pada umumnya, sejarawan era kolonial dan murid-muridnya hanya mengambil sumber-sumber dari situs arkeologi dan sumber tertulis berupa catatan perjalanan, naskah kuno, dan prasasti yang terkait dengan Indonesia, tidak melihat dari pokok ajaran Islam dan sejarah Islam yang terjadi sejak zaman Rasul saw yang pastinya berpengaruh pada sejarah Islam di Indonesia.

Metode Penelusuran sejarah yang Kami gunakan

Metode penelusuran yang kami gunakan untuk menemukan sejarah masuknya Islam di Nusantara, diantaranya :

1. Melakukan riset sejarah Islam dari berbagai sumber sejarah mazhab untuk mengetahui bagaimana cara rasul menyebarkan syi’ar Islam dari berbagai sudut pandang mazhab.

2. Menelusuri proses awal masuknya Islam hingga warisan Islam bisa tersebar merata hampir diseluruh dunia dalam waktu yang relatif singkat.

3. Melakukan riset dari berbagai sumber mengenai tokoh-tokoh penerus yang menyebarkan syi’ar Islam setelah rasul wafat dan peristiwa apa yang terjadi dalam sejarah Islam yang terkait dengan penyebaran Islam di Indonesia.

4. Melakukan penelitian mengenai leluhur nusantara dan keyakinannya. Faktor leluhur nusantara dan keyakinannya memiliki peran besar dalam mempercepat perkembangan Islam di Nusantara karena dari berbagai situs arkeologi, temuan-temuan naskah kuno dan dari sumber-sumber lainnya yang kami temukan di berbagai belahan dunia dapat dipastikan Islam telah masuk ke Nusantara sejak zaman Nabi Muhammad SAW atau sejak masa awal perkembangan Islam di Mekkah (610 M–622 M) dan Madinah (622 M-632M).

5. Menelusuri sejarah bangunan masjid kuno untuk mengetahui perkiraan masjid tersebut dibangun berdasarkan sejarah bentuk bangunan. Masjid dan makam kuno di Indonesia adalah kompleks yang terdiri dari beberapa bangunan. Tiap-tiap bangunan ini memiliki fungsinya masing-masing. Bangunan yang berada pada masjid dan makam kuno ini kami bandingkan dengan bangunan sejenis di lokasi yang berbeda namun masih digunakan hingga saat ini. Dengan Perbandingan ini kami dapat memperkirakan usia dan fungsi bangunan yang berada di sekitar lokasi masjid kuno. Perbandingan ini sangat penting karena bentuk bangunan masjid kuno sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat, bila tidak mengetahui ini besar kemungkinan bangunan yang harusnya adalah masjid atau bangunan makam di katakan sebagai bangunan lain.

Metode ini kami gunakan karena banyaknya situs bangunan yang telah dihancurkan, dipalsukan, hilang, atau dipindahkan ke lokasi lain. Demikian pula halnya dengan bukti tertulis yang seharusnya dapat menjelaskan bangunan yang ada, namun karena adanya penyalinan naskah yang berulang-ulang, pemaksaan teori Hindu-Budha pada era kolonial hingga saat ini, menjadikan bukti tertulis tidak lagi dapat diandalkan keakuratannya.

6. Metode berikutnya adalah mengunjungi berbagai situs masjid kuno di Indonesia yang ada hingga saat ini, mempelajari sejarah bangunannya, sejarah wilayah dan tokoh yang terkait dengan masjid tersebut. Selain mengunjungi masjid dan makam, kami juga mempelajari sejarah situs berdasarkan penelusuran foto-foto sejarah masjid dan makam yang pernah ada.

Sebagai negara yang memiliki penduduk dengan agama mayoritas Islam sejak ratusan tahun lalu, Indonesia memiliki banyak sekali peninggalan-peninggalan Masjid dan makam kuno yang telah berdiri sejak awal kedatangan Islam di Nusantara.

Masjid adalah warisan peninggalan Islam, sementara makam adalah bukti sejarah yang paling akurat dalam memberikan informasi tokoh leluhur yang dimakamkan dan dengan keberadaan makam, menandakan bahwa tokoh yang dimakamkan tentulah beragama tauhid atau monoteisme, dan menjadi salah satu bukti yang penting bahwa tokoh leluhur nusantara bukan beragama Hindu atau Budha seperti yang kita ketahui dalam teori-teori buatan era kolonial. Teori ini dibuat oleh sejarawan Eropa yang kemudian diturunkan kepada para muridnya, pribumi atau non pribumi pasca politik etis.

Awal teori-teori ini dibuat hanya menjadi bahan diskusi dikalangan sejarawan kolonial dan sama sekali tidak menyertakan ilmuwan pribumi. Karenanya, dalam transliterasi naskah-naskah kuno dan prasasti banyak ditemukan kesalahan-kesalahan remeh yang seharusnya tidak ada, bila mereka benar-benar ahli dalam sejarah Hindia, atau berdiskusi dengan para ahli sastra yang tersebar di seluruh Hindia (Indonesia) pada saat itu. Contoh kesalahan fatal dalam transliterasi dan penerjemahan naskah diantaranya dalam penyebutan gelar ‘Ratu’ yang diterjemahkan sebagai gelar pemimpin wanita yang seharusnya adalah gelar untuk pemimpin laki-laki, ‘Keraton’ yang seharusnya adalah kota yang dikelilingi dinding dengan kompleks bangunan yang beragam diartikan sebagai istana, dan sebagainya.

Fakta dan fiksi seputar sejarah Masjid dan makam akan kami coba jelaskan bagian perbagian yang dimulai dengan sejarah masjid pada masa Rasulullah saw.

Sumber

Damais, Louis-Charles. 1995. “Epigrafi Islam di Asia Tenggara.” Epigrafi dan Sejarah Nusantara. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional kerjasama dengan Ecole Francaise d’Extreme Orient.

‘Membaca’ Babad Tanah Jawi

Ketika awal penelitian sejarah beberapa tahun yang lalu, Babad Tanah Jawi dan Naskah-naskah kuno sejenis adalah sasaran utama kami untuk mengetahui sejarah tanah Jawa dan Nusantara langsung dari penulis nusantara, bukan teori-teori milik para sejarawan era kolonial.

Ternyata tidak seperti harapan kami sebelumnya, yang mengira akan menemukan sejarah Nusantara yang asli, alih-alih kami menemukan banyak hal yang tidak patut dan seronok ketika membaca naskah-naskah ini.

Naskah demi naskah kami telusuri sebagai bahan perbandingan isi naskah, dan lagi-lagi kami menemukan banyak hal yang janggal, yang rasanya mustahil ditulis oleh para pujangga keraton yang ilmunya tinggi dan memahami sejarah negeri ini dengan bahasa yang fasih.

Akhirnya penelusuran melalui naskah kuno kami hentikan sementara, beralih pada bukti sejarah yang lain berupa bukti bangunan, silsilah, diskusi dengan para ahli sejarah dibidangnya masing-masing dan catatan para orientalis Eropa yang datang ke Nusantara sekitar abad ke-17 dan 18.

Kami beralih pada bukti sejarah yang lain bertujuan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Nusantara pada masa naskah-naskah ini dibuat.

Dari hasil penelusuran yang kami lakukan, Rusaknya mayoritas naskah-naskah kuno di Indonesia sangat erat kaitannya dengan politik dan kekuasaan yang ada saat itu, karena penguasa memilki peran yang sangat penting dalam melestarikan atau merusak sejarah suatu bangsa.

Dari bukti-bukti diatas kami akhirnya mendapat jawaban, kenapa mayoritas naskah-naskah kuno, seperti babad tanah Jawi, naskah Wangsakerta, Carita Purwaka Caruban Nagari dan naskah kuno yang lain memiliki pola kisah yang hampir sama, yaitu;

Kecendrungan untuk menghina para wali dan ajaran Islam, penghinaan pada leluhur Nusantara dan hal-hal sejenis yang mustahil ditulis oleh para pujangga keraton kecuali posisi mereka berada dibawah kecaman dan tekanan.

Berikut kesimpulan yang kami dapatkan agar lebih mudah memahami Babad Tanah Jawi :

1. Babad Tanah Jawi yang ada saat ini adalah Babad Tanah Jawi hasil salinan para sarjana Belanda yang kemudian disalin berulang-ulang oleh para muridnya dari generasi ke generasi, hingga memiliki banyak versi.

2. Babad Tanah Jawi versi aslinya ditulis dalam bentuk tembang macapat, berbahasa jawa kuno. Bahasa Jawa kuno dengan huruf sanskrta pada masa Babad Tanah Jawi ini dibuat, baik yang asli yang dibuat akhir tahun 1600an atau Babad Tanah Jawi yang salinan yang dibuat akhir tahun 1800an adalah bahasa istimewa, bahasa kuno khusus yang dipelajari oleh para pujangga dan ahli sejarah keraton untuk melestarikan sejarah negeri ini. Dikatakan sebagai bahasa istimewa karena bahasa yang umum digunakan pada masa itu dan ratusan tahun sebelumnya adalah bahasa ‘Jawi’ atau ‘Arab pegon’ yaitu bahasa Melayu, Sunda dan Jawa yang di tulis dengan tulisan/huruf Arab dengan penambahan beberapa huruf disesuaikan dengan bahasa Melayu, Sunda dan Jawa.

3. Babad Tanah Jawi ditulis dalam bentuk Tembang macapat yaitu sejenis puisi yang terikat oleh konvensi/aturan penulisan yang sangat ketat. Babad tanah Jawi yang ada saat ini dan menjadi salah satu sumber sejarah tanah jawa atau sejarah Indonesia adalah penyeragaman Gaya penulisan dari beberapa orang penulis dan penerjemah yang memiliki Gaya penulisan berbeda-beda.

4. Adanya perubahan bentuk dari puisi ke prosa (karangan bebas), ditambah lagi tata bahasa dan cara membacanya yang rumit, menyebabkan perlunya keahlian khusus untuk bisa menerjemahkan naskah kuno yang berbentuk tembang macapat ini. Karena alasan inilah pemerintah kolonial mempekerjakan para pujangga keraton baik sukarela atau dengan paksaan.

5. Berikut jenis tembang macapat yang banyak digunakan dalam babad tanah jawi :

Dhandhanggula : Dhandanggula adalah tembang yang berisi harapan yang baik. Karena berisi harapan yang baik, nasehat, dan sebagainya, penulisan dhandhanggula memakai metrum yang isinya lembut dan manis seperti gula. Tembang dhandhanggula memiliki watak yang luwes dan mengenakkan. Cocok sebagai pembuka suatu pembelajaran, rasa cinta. Lambang dari tembang ini adalah kisah anak muda yang mengalami kejadian yang indah.

Cara penulisan: tembang dhandang gula terdiri dari 10 larik (baris kalimat), tiap-tiap barisnya memiliki aturan penulisan yang berbeda pula.

Baris pertama terdiri atas 10 suku kata, berakhiran huruf ‘i’ (10 i), Baris ke-2: 10 a, Baris ke-3: 8 e, Baris ke-4: 7 u, Baris ke-5: 9 i, Baris ke-6: 7 a, Baris ke-7: 6 u, Baris ke-8: 9 a, Baris ke-9: 12 i, Baris ke-10: 7 a

Pangkur : Tembang macapat pangkur banyak digunakan pada tembang-tembang yang bernuansa Pitutur (nasihat), pertemanan, dan cinta. Baik rasa cinta kepada anak, pendamping hidup, Tuhan dan alam semesta. Banyak yang memaknai tembang macapat pangkur sebagai salah satu tembang yang berbicara tentang seseorang yang telah menginjak usia senja, dimana orang tersebut mulai mungkur atau mengundurkan diri dari hal-hal keduniawian. Oleh karena itu sangat banyak tembang-tembang macapat pangkur yang berisi nasihat-nasihat pada generasi muda.

Pangkur terdiri atas 7 larik (baris), larik pertama terdiri atas 8 suku kata, diakhiri dengan huruf vokal a (8-a), larik ke-2: 11-i, larik ke-3 : 8-u, larik ke-4 : 7-a, larik kelima : 12-u, larik ke-6 : 8-a, larik ke-7 : 8-i

Asmarandana : salah satu tembang macapat yang berisi perjalanan kehidupan, kisah percintaan. Terdiri dari 7 larik: 8-i, 8-a, 8-é, 8-a, 7-a, 8-u, 8-a

6. Dalam Aturan poetika jawa atau Sunda, aturan/konvensi tersebut dinamanakan guru wilangan dan guru lagu. Akibat aturan guru wilangan dan guru lagu diatas para pujangga jawa dituntut ketrampilan yang luar biasa dalam mengolah bahasa. Namun sebagai sumber informasi adanya aturan guru lagu dan wilangan ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada nama tokoh dan peristiwa untuk menyesuaikan aturan guru wilangan dan guru lagu tersebut, contohnya penyebutan tokoh dan tempat yang sama bisa disebut dengan nama yang berbeda-beda. (sumber hal. ix Babad Tanah Jawi Vol. 1)

7. Karena sulitnya menulis dan mengartikan babad Tanah Jawi ini, pemerintah kolonial Belanda tetap menggunakan jasa para pujangga keraton untuk menulis kembali, mengartikan, dan membuatnya menjadi bentuk prosa sesuai keinginan mereka agar lebih mudah difahami oleh para sarjana Belanda. Tapi sayang salinan ini kemudian banyak mendapat penambahan dan pengurangan pesanan pemerintah kolonial. Penambahan dan pengurangan isi babad versi salinan pemerintah kolonial dapat dilihat dari kisah-kisah tidak masuk akal yang menghinakan leluhur nusantara, kisah perselingkuhan, incest dan kisah detail yang seronok yang sangat tidak pantas untuk dimasukkan dalam kisah kronik pemerintahan.

Setelah mengetahui 7 poin tentang Babad Tanah Jawi di atas, kami harapkan para pembaca, peminat sejarah dan rekan peneliti dapat bersikap lebih kritis ketika mengambil dan menyikapi informasi yang diperoleh dari kisah-kisah babad, wawacan, dan naskah kuno lainnya, karena mayoritas naskah-naskah ini adalah salinan yang sangat rentan dengan pesanan pemerintah kolonial saat itu.

Tujuan utama penyalinan ini adalah untuk membenarkan teori-teori sejarah Indonesia buatan era kolonial, terutama sejarah yang terkait dengan leluhur Nusantara, karena berdasarkan teori kolonial, leluhur nusantara adalah bangsa yang primitif, yang sangat rendah kedudukannya bila dibandingkan bangsa Eropa.

Padahal fakta dilapangan membuktikan sebaliknya. Canggihnya informasi dua dekade terakhir melahirkan banjirnya informasi sejarah yang memungkinkan kita untuk dapat mempelajari bukti-bukti arkeologis, tradisi dan naskah-naskah kuno yang ditemukan di berbagai belahan dunia yang membuktikan bahwa leluhur nusantara adalah para pelaut yang hebat yang berperan penting dalam perdagangan dunia kuno.

Tokoh-tokoh Islam dalam kisah-kisah babad, mulai dari nama hingga biografi dapat dikatakan hampir semua bercampur dengan kisah fiktif atau potongan kisah para nabi dan rasul hingga tidak layak dijadikan sumber sejarah. Kisah Raden Fatah yang membunuh ayahnya, Brawijaya setelah masuk Islam adalah salah satu contohnya, kisah ayah membunuh anak atau sebaliknya hanya karena sang anak atau sang ayah beragama Islam, banyak terdapat dalam naskah-naskah kuno yang tersebar dalam naskah-naskah kuno dari kepulauan Nusantara hingga semenanjung Melayu.

Rusaknya sejarah Islam dalam naskah babad dan naskah kuno pada umumnya terkait dengan perubahan sistem politik dan usaha pemerintah kolonial untuk merusak citra tokoh pemimpin Islam agar tidak dihormati lagi oleh masyarakat. Karena tokoh-tokoh Islam sering kali memimpin perlawanan kepada pemerintah kolonial.

Contoh kisah tokoh Islam yang memiliki sejarah keluarga yang tidak jelas seperti pemimpin Pajang sultan Hadiwijaya alias JokoTingkir yang memiliki leluhur siluman Buaya putih, Sunan Giri yang dibuang ke laut karena dianggap pembawa sial oleh kakeknya, sang raja Blambangan atau tokoh wali membunuh wali yang lain, semua kisah ini terjadi karena naskah Babad Tanah Jawi yang asli dibuat pada era pergantian pemimpin melalui kudeta dari era kasunanan yang dipimpin oleh sultan Pajang dengan sistem pemerintahan Walisongo-nya menjadi Kesultanan atau kerajaan yang berafiliasi ke Turki Utsmani dengan gelar pemimpin tertingginya adalah Sultan Agung.

Naskah-naskah ini pada era kolonial kemudian dipelajari dan disalin berulang-ulang hingga sampai ke masa kita sekarang.

Namun demikian walaupun naskah-naskah kuno ini adalah salinan dan rentan pemalsuan namun masih sangat bisa untuk digunakan sebagai sumber sejarah tertulis, karena banyak informasi yang bisa kita ambil baik secara langsung atau tidak mengenai sosial budaya, bentuk bangunan, tata kota dan sebagainya yang ada pada saat itu. Namun sebagai peneliti dan peminat sejarah, membandingkan naskah yang satu dan lainnya sangat diperlukan, terutama melakukan perbandingan dengan bukti tertulis yang lain seperti; Prasasti, Nisan, surat menyurat, catatan perjalanan dari bangsa lain yang berkunjung ke Nusantara dan sebagainya.

Dengan metode perbandingan isi kita dapat menyimpulkan jalannya sejarah yang berlaku saat tulisan tersebut dibuat. Cabang-cabang ilmu yang lain juga diperlukan, seperti arkeologi, paleologi, filologi, genetika sebagai penguat bukti sejarah.

Ditulis oleh : Sofia Abdullah

Sumber :

1. Rochyatmo. Amir, Wimarta. Sri. Soekesi, Babad Tanah Jawi Vol. 1, Amanah Lontar, 2003

2. Riana. I Ketut, S. U. Prof. Dr. Drs, Kakawin Desa Warnnana Uthawi Nagara Krtagama Masa Keemasan Majapahit, Cet 1, Kompas Media Nusantara

3. Boechari, Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti, Cet.1, Kepustakaan Popular, Gramedia 2012.

4. Al Hadad. Bin Thahir. Al Habib Alwi, Sejarah Masuknya Islam Di Timur Jauh, Cet.I, 2001, Lentera Baristama.

5. Sunyoto, Agus, Atlas Wali Songo, Cet.1, 2012, Pustaka Iman.

6. C.I.E.MA.Arnold.TW, Preaching Of Islam : A History Of The Progation Of The Muslim Faith, 1913.

7. Aceh, Aboebakar.H.Dr.Prof, Sekitar Masuknya Islam Ke Indonesia, Cet.4,1985, Ramdhani.

8. Saefullah. DR. H. SA. MA, Sejarah &Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Cet. 1, 2010, PustakaPelajar

Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Cet. 1, 2010, PustakaPelajar

9. Al Mahsyur. Alwi. Idrus, Sejarah Silsilah & Gelar Keturunan Nabi Muhammad SAW Di Indonesia Singapura Malaysia Timur Tengah India Dan Afrika, Cet.4, 2013, Sara Publishing.

10. Solikhin, Muhammad. KH, Ternyata Syekh Siti Jenar Tidak Di Eksekusi Wali Songo, Erlangga,2011.11.

11. Adam. Warman. Asvi, Menguak Misteri Sejarah, Cet.1, 2010, Kompas.

12. Ricklefs.M.C, Sejarah Indonesia Modern 1200-2004, Cet.1, 2005, Serambi Ilmu Semesta.

13. Suryanegara. Mansur. Ahmad, Api Sejarah , Cet.1, 2009, Salamadani.14. Dan sumber- sumber lain yang terkait.

14. Dan sumber- sumber lain yang terkait.